TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kelemahan Indonesia dalam membangun ekonomi harus dibalik menjadi kekuatan. "Kelemahan kita adalah masih banyak impor," ucapnya dalam sambutannya pada acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 24 November 2015.
Saat ini, ujar Kalla, Indonesia masih mengimpor jagung, beras, baja, dan lain-lain. Menurut dia, suatu negara yang sulit meningkatkan ekspor harus menurunkan impor. "Hal ini harus diakali dengan meningkatkan produktivitas," tuturnya.
Kalla menjelaskan, kekuatan Indonesia adalah memiliki penduduk yang cukup untuk menjadi produsen sekaligus konsumen. Sayangnya, saat ini daya beli masyarakat menurun sehingga menyebabkan pendapatan berkurang. "Maka dari itu, daya beli dalam persaingan perlu ditingkatkan."
Kelemahan persaingan, menurut Kalla, ada pada sektor keuangan. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi daripada negara lain membuat Indonesia kalah saing. Selanjutnya adalah sektor infrastruktur dan logistik. "Untuk itulah, sekarang kita kejar infrastruktur," katanya.
Selain itu, birokrasi yang mahal dan panjang menjadi hambatan bagi Indonesia dalam bersaing dengan negara lain. Untuk itu, kebijakan izin investasi dalam tiga jam diharapkan bisa membantu mempercepat birokrasi.
"Itulah yang paling mendasar dari persaingan ini," ucap Kalla. Ia berharap, dengan efisiensi-efisiensi yang dilakukan, kelemahan Indonesia bisa menjadi kekuatan bangsa.
MAYA AYU PUSPITASARI