TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (persero) mengklaim, hingga Oktober lalu, efisiensi perseroan mencapai US$ 454,88 juta atau Rp 6,23 triliun. Ditargetkan, akhir tahun ini, efisiensi Pertamina bisa mencapai US$ 500 juta atau Rp 6,86 triliun.
"Harapannya bisa melebihi target," kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto dalam acara Pertamina Energy Forum di Jakarta, Selasa, 24 November 2015.
Kontribusi terbesar efisiensi melalui program breakthrough project ini berasal dari penurunan losses minyak. Penurunan dilakukan melalui perbaikan tata kelola dan arus minyak di berbagai lini.
Menurut Dwi, efisiensi juga berasal dari sentralisasi pengadaan melalui procurement excellent group. Sebelumnya, pengadaan dilakukan terpisah, baik oleh korporat, unit, maupun anak perusahaan.
Diketahui, pengalihan pengadaan dari anak usaha Pertamina Energy Trading Limited (Petral) ke divisi Integrated Supply Chain (ISC) juga menunjang penghematan perusahaan. Sampai Oktober lalu, Pertamina hemat US$ 103 juta melalui kebijakan ini.
Namun Pertamina masih harus menyelesaikan pekerjaan rumah berupa angka losses yang masih di bawah standar, yakni 0,5 persen. Saat ini losses mencapai 0,20 persen dengan target penghematan hingga akhir tahun mencapai US$ 100 juta.
Penghematan ini diklaim mampu meningkatkan margin laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) sebesar 11,09 persen. Sedangkan tahun lalu, margin hanya 8,75 persen.
Efisiensi diketahui meningkat hingga semester pertama tahun lalu sebesar US$ 249 juta. "Kami optimistis prestasi ini bisa ditingkatkan," ujar Dwi.
ROBBY IRFANY