TEMPO.CO, Nusa Dua - Dewan Energi Nasional (DEN) bekerjasama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyelenggarakan forum energi yang bertajuk "Securing Sustainable Energy for A Better Future" di Hotel Westin Nusa Dua, Bali. Forum tersebut dihadiri oleh sejumlah pakar energi yang berasal dari International Energy Agency (IEA), Asia Pacific Energy Research Center, ASEAN Center for Energy, Economic Research Institute for East Asia (ERIA), dan Danish Energy Agency.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, Satri Nugraga, mengatakan forum ini diselenggarakan untuk pertukaran informasi antarnegara seperti Denmark, Malaysia, dan sejumlah negara di Asia Timur. Pertukaran informasi berkaitan dengan kondisi ekonomi dan energi di masa depan.
"Melalui forum ini, DEN mendapatkan banyak informasi dan masukan berharga untuk Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN) yang saat ini sedang disusun," ujar Satri saat ditemui di lokasi forum, Jumat, 20 November 2015.
Selain saling bertukar informasi, ujar Satri, forum ini juga bertujuan untuk pengembangan dan penguatan ketahanan energi. "Kami mendapat banyak informasi berharga dalam menetapkan RUEN untuk kebijakan-kebijakan yang akan dijalankan pemerintah."
Anggota DEN Andang Bachtiar mengatakan salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan energi terbarukan di negara berkembang, termasuk Indonesia adalah masalah harga yang tinggi. Harga energi terbarukan lebih tinggi dibanding sumber energi lainnya.
Mahalnya harga energi terbarukan membuat pemerintah perlu menetapkan harga yang menarik (feed in tarif) agar bisa menggaet investor. Oleh sebab itu, ujar Andang, pihaknya akan segera merancang insentif yang diperlukan dalam RUEN guna mendorong energi terbarukan di Indonesia.
Rencananya, RUEN ini bakal ditetapkan dalam bentuk Peraturan Presiden. "Kalau aturan itu sudah keluar akan mengikat kementerian dan lembaga yang dibawahi DEN," kata Andang.
Menurut Andang, dalam pengembangannya, perlu difokuskan ke beberapa sumber energi terbarukan yang harganya terbilang lebih ekonomis seperti panas bumi, air, dan matahari. "Memang tidak semua energi terbarukan bisa kami kembangankan. Ada skala ekonomi yang perlu diperhatikan."
Energi terbarukan, yang bisa dikembangkan dan menjadi prioritas diantaranya yaitu geothermal, hidro, dan panel surya. Sebab, dinilai lebih ekonomis.
Indonesia menargetkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional bisa mencapai 23 persen pada 2025 dan mencapai 31 persen pada 2050. Andang mengatakan ini merupakan komitmen nasional terhadap dunia agar Indonesia bisa berkontribusi terhadap perubahan iklim. Saat ini, kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional baru 3,5 persen.
DEVY ERNIS