TEMPO.CO, Jakarta - Kasus pencatut nama presiden oleh Ketua DPR Setya Novanto telah terjadi pada Juni lalu. Namun Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said baru mengungkapkannya pada November ini .
Staf Khusus Menteri ESDM Said Didu menyatakan alasan baru diungkapnya kasus Setya Novanto adalah karena strategi. "Apa strateginya enggak mungkinlah kami buka. Bukan mereka saja yang punya strategi, kami juga punya. Enggak mungkin kami buka, nanti ketahuan," kata Said, Jumat, 10 November 2015, di kantor Kementerian ESDM, Jakarta.
Menurut Said Didu, pengungkapan kasus pencatutan nama presiden oleh Setya Novanto dilakukan bukan untuk menyasar orang atau lembaga. Pengungkapan ini dilakukan karena lima hal. "Pertama, kami ingin mengembalikan kepercayaan orang-orang Kementerian ESDM," kata dia.
Dia menyebut, pada akhir kabinet lalu, kepercayaan orang Kementerian ESDM agak luntur karena masalah bertubi-tubi. Mulai dari mantan menteri masuk penjara, Sekjen Kementerian masuk penjara, begitu juga Kepala SKK Migas masuk pernjara. "Jadi seakan-akan ini adalah sarangnya orang-orang enggak bener."
Alasan kedua, Said Didu berujar, adalah ada kesan Kementerian ESDM menjadi tempat mafia bergerak, mulai dari mafia minyak, mafia gas, dan mafia tambang. "Ini yang mau dibersihkan."
Ketiga, Kementerian ESDM juga ingin agar calo-calo kebijakan di luar Kementerian ESDM berhenti. Alasan keempat, adalah Kementerian ESDM berharap agar tidak ada lagi individu di luar Kementerian ESDM yang mengatasnamakan posisinya menjadi calo. "Kelima, kami harap perusahaan atau lembaga yang berhubungan dengan Kementerian ESDM tidak lagi memakai jalur calo," katanya.
Kelima alasan itu menurut Said Didu yang membuat Kementerian ESDM mengungkap kasus Petral dan pencatuta nama presiden dalam permintaan jatah saham Freeport. Sebenarnya banyak orang yang melapor dipanggil para calo kebijakan saat berurusan dengan Kementerian ESDM. "Banyak yang melapor, saya dipanggil ini, saya dipanggil itu."
Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan mengatakan langkah yang dilakukan Sudirman Said aneh dan tanpa berkoordinasi Presiden. Namun, Said Didu meyakini langkah Sudirman sudah berkoordinasi dengan Presiden Jokowi.
Said mengaku tahu persis karakter Sudirman sebagai orang yang sangat teliti dan hati-hati. "Selain itu dan loyalitasnya tunggal vertikal ke atas. Jadi hanya presiden dan wakil presiden, tidak ada loyalitas samping kiri kanan, depan belakang."
AMIRULLAH