TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengadakan pertemuan dengan Wakil Menteri Perdagangan Cina Wang Shouwen di sela pertemuan tingkat menteri Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Manila, Filipina. Penggunaan mata uang Cina dalam perdagangan kedua negara jadi isu utama.
Dalam pertemuan tersebut, Lembong mengatakan penggunaan mata uang Cina, renminbi (RMB), akan mengurangi tekanan nilai tukar mata uang Indonesia terhadap dolar Amerika (USD). Hal ini juga berlaku untuk semua negara mitra dagang Cina lain.
Menurut Lembong, hal yang sama juga telah disampaikan Presiden Joko Widodo kepada Presiden Xi Jinping di sela-sela pertemuan G20. "Sempat tercapai kesepakatan untuk meningkatkan nilai bilateral currency swap arrangement (BCSA) menjadi senilai US$ 20 miliar," ucap Lembong melalui siaran persnya, Jumat, 20 November 2015.
Selain itu, penggunaan renminbi diharapkan dapat meningkatkan investasi Cina di Indonesia dan di negara mitra dagang Negeri Tirai Bambu lain. Jadi defisit yang dialami negara tersebut dapat kembali dalam bentuk investasi. "Investasi RRT (Republik Rakyat Tiongkok) pada pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung senilai US$ 5,5 miliar merupakan langkah awal yang disambut baik pemerintah Indonesia," ujar Lembong.
Indonesia dan Cina juga mendiskusikan upaya menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara. Sebab, menurut data Badan Pusat Statistik, hingga Oktober 2015, defisit neraca perdagangan Indonesia dari Cina sudah US$ 12,8 miliar.
Lembong menuturkan Wakil Menteri Wang akan membahas penggunaan renminbi dan rupiah dengan Bank of China."Beliau juga menyampaikan keinginan RRT meningkatkan investasinya di Indonesia pada masa mendatang," katanya.
Sebelumnya, pemerintah memang menyatakan niat mendorong diterapkannya currency swap dalam aktivitas perdagangan luar negeri. Ini dilakukan untuk mengurangi permintaan dolar di tengah pelemahan kurs rupiah. "Kami intinya ingin mendorong, ketika Indonesia berdagang dengan Cina, langsung saja pakai rupiah dengan renminbi," ucap Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro beberapa waktu lalu.
Menurut Bambang, dalam perdagangan Indonesia dengan Cina, aktivitas yang terjadi selama ini adalah mengubah rupiah ke dolar terlebih dahulu baru ke renminbi. Dengan currency swap, proses itu akan lebih cepat karena rupiah akan langsung ke renminbi. "Kita potong paling tidak untuk mengurangi permintaan dolar," ujar Bambang. Dia menuturkan saat ini Bank Indonesia sedang menyiapkan mekanisme tersebut supaya bisa dinikmati pelaku ekspor-impor.
PINGIT ARIA | AMIRULLAH