TEMPO.CO, Jakarta - Anda pasti pernah merasa jengkel karena serial atau acara hiburan favorit Anda di televisi di sela terlalu banyak iklan. Tapi tahukah Anda bahwa iklan adalah industri besar bernilai triliunan rupiah?
Ya, Nielsen Advertising Information Services mencatat, pada kuartal ketiga tahun ini, belanja iklan di TV bernilai Rp 20,9 triliun, naik 6 persen dibanding kuartal sebelumnya, yakni Rp 19,7 triliun.
"Jika ditotal, sepanjang Januari-September, belanja iklan tumbuh sebesar 8 persen menjadi Rp 62 triliun," tutur Hellen Katherina, Direktur Media Nielsen Indonesia, Kamis, 19 November 2015.
Bagaimanapun, jika dibandingkan dengan 2014, tahun ini memang terjadi penurunan belanja iklan yang signifikan pada kuartal kedua, yakni dari 12 menjadi 6 persen. “Namun pada kuartal ketiga tahun ini kami melihat tanda-tanda pemulihan belanja iklan," kata Hellen.
Dari sisi kategori produk, sepanjang Januari-September 2015 kategori pemerintahan dan organisasi politik memberikan kontribusi yang paling tinggi untuk nilai belanja iklan, yaitu Rp 4,6 triliun, walaupun pertumbuhannya menurun 15 dibanding tahun lalu. Hellen menyatakan, "Kampanye pemilihan presiden menjadi faktor pembeda yang sangat kuat, di mana tahun lalu kampanye politik merupakan pendorong utama pertumbuhan belanja iklan."
Di urutan berikutnya pada periode yang sama adalah produk perawatan rambut dengan total belanja iklan sebesar Rp 3,4 triliun.
Adapun beberapa kategori utama yang mendorong pertumbuhan di antaranya adalah layanan online yang tumbuh 50 persen menjadi Rp 2,3 triliun sepanjang Januari-September 2015, susu pertumbuhan yang tumbuh sebesar 44 persen menjadi Rp 2,1 triliun, serta rokok kretek yang belanja iklannya meningkat sebesar 30 persen menjadi Rp 3,3 triliun.
Sementara itu, jika dilihat dari merek-merek yang beriklan, baik di TV maupun media cetak, dua merek mi instan terbesar yaitu Indomie dan Mie Sedaap menjadi kontributor tertinggi dengan total belanja iklan masing-masing Rp 723 miliar dan Rp 571 miliar. Berada di bawah dua merek tersebut, Traveloka turut menjadi kontributor belanja iklan utama dengan nilai Rp 547 miliar.
Traveloka juga menjadi merek yang menunjukkan pertumbuhan belanja iklan yang tinggi, yaitu sebesar 702 persen hingga akhir September. Selain Traveloka, dari kategori layanan online, Tokopedia memberikan pertumbuhan yang sangat signifikan, yaitu sebesar 1.582 persen menjadi Rp 355,7 miliar untuk periode Januari-September 2015. Dengan nilai tersebut, Tokopedia menduduki urutan sembilan dalam daftar merek-merek yang paling banyak beriklan di TV dan media cetak.
Jika dilihat dari jenis medianya, pertumbuhan belanja iklan di periode Januari-September 2015 lebih didorong pergerakan yang positif di TV yaitu secara agregat meningkat sebesar 8 persen. Adapun sebaliknya media cetak menunjukkan penurunan, di mana belanja iklan koran turun sebesar -6 persen dan majalah turun sebesar -13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
PINGIT ARIA