TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan harga properti di Semarang, Makassar, dan Batam diestimasi tetap melaju di level yang tinggi, kendati hingga kuartal II 2015 mengalami sedikit perlambatan.
Berdasarkan survei harga properti residensial Bank Indonesia, Selasa (17 November 2015), pertumbuhan harga properti di Semarang, Makassar, dan Batam diestimasi akan tumbuh di atas 10%, jauh di atas rata-rata prediksi pertumbuhan rata-rata di 16 kota sebesar 4,27%.
Pertumbuhan harga properti residensial di Semarang diestimasi mencapai 11,81%, disusul Makassar sebesar 12,30% dan yang tertinggi di Batam sebesar 17,36%.
Survei juga menunjukkan, pertumbuhan harga di tiga kota tersebut didorong oleh pertumbuhan harga rumah tipe kecil yang melampaui 20%. Secara khusus, di Batam, harga rumah tipe besar diprediksi tumbuh 18,73%, pertumbuhan paling tinggi dibandingkan dengan 15 kota lainnya.
Sekretaris Umum DPD Realestate Indonesia (REI) Sulawesi Selatan Sudarma Supardi menuturkan perekonomian Makassar bergeliat akibat masifnya pembangunan infrastruktur kota sebagai pintu masuk Indonesia Bagian Timur. Salah satu efek yang ditimbulkan ialah terkereknya harga properti secara signifikan.
Dia melihat tahun ini harga properti residensial yang sudah dibangun bisa naik 10%. Adapun hunian yang masih dalam tahap pengembangan atau perencanaan harganya memang harus naik, akibat meningkatnya ongkos fabrikasi.
Sementara itu, Ketua DPD Real Estat Indonesi Batam, Djaja Roeslim mengatakan pasar properti di Batam sangat dipercaya investor karena kehadiran para pengembang besar di pulau itu. Alhasil, proyek-proyek properti maupun lahan di Batam mengalami kenaikan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kota lainnya.
"Makin dekat dengan pengembang besar, makin tinggi harganya," ujar Djaja. Kenaikan harga menurutnya diprediksi mencapai 20%-50%.
Djaja menyebut harga lahan untuk rumah sederhana tapak di pinggiran Batam telah mencapai Rp1,5 juta per m2 sedangkan untuk segmen menengah menembus angka Rp8 juta per m2.