TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 90 persen pengangkutan barang dari Jakarta ke Surabaya, dan sebaliknya, masih menggunakan jalur darat. Sedangkan pengangkutan menggunakan moda laut sangat minim, cuma 6 persen. "Itu penyakitnya yang membuat jalanan penuh," Direktur Utama PT Pelindo RJ Lino menjelaskan hal itu dalam acara Tempo Economic Briefing, di The Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Selasa, 17 November 2015.
RJ Lino membandingkan dengan negara lain seperti Norwegia yang penggunaan infrastruktur sebagai sarana transportasi pengangkutan barang sudah mencapai 50 persen lebih. Menurut Lino, Indonesia sebagai negara kepulauan harus mendorong penggunaan laut sebagai sarana transportasi.
Lino menawarkan solusi antara lain memperketat jembatan timbang. Hal ini bisa menyebabkan pengangkutan barang via jalur darat menjadi lebih mahal. "Angkutan darat yang bersubsidi seharusnya bisa ditekan menjadi di bawah 40 persen."
Faktor yang membuat pengusaha masih nyaman menggunakan jalur darat, kata RJ Lino, salah satunya karena masih ada subsidi di darat, yakni subsidi bahan bakar minyak (BBM). Sementara itu, angkutan laut tanpa subsidi. Padahal, porsi BBM dalam biaya pengangkutan menggunakan kapal laut mencapai 90 persen. Apalagi, "Harga BBM kita 90 persen lebih mahal daripada Singapura," ujar Lino.
Lino menjelaskan mahalnya pengangkutan barang di Indonesia dikarenakan lebih berkonsentrasi pada jalur darat. "Karena itu, konsep tol laut oleh Presiden Jokowi dimaksudkan untuk menyelaraskan hal ini."
RETNO S| YOHANES PASKALIS