TEMPO.CO, Jakarta - Corporate Secretary PT Pertamina (Persero) Wisnuntoro membantah adanya pegawai lembaga pelat merah tersebut yang membocorkan proses pengadaan minyak kepada vendor. Berdasarkan hasil audit KordaMentha, dia mengakui beberapa pekerja tidak kooperatif memberikan informasi kepada auditor.
"Beberapa pekerja Petral (Pertamina Energy Trading Ltd) dulu tidak kooperatif tapi akhirnya dicari cara karena auditor (KordaMentha) berpengalaman," kata Wisnuntoro saat diskusi energi di kantor Dewan Pers, Ahad, 15 November 2015.
Hasil audit forensik KordaMentha, kata Wisnuntoro, mengindikasikan secara faktual bahwa ada pertukaran informasi via e-mail dari para pegawai yang berkomunikasi dengan vendor.
Hasil audit forensik terhadap Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) menyebutkan terjadi anomali dalam pengadaan minyak pada 2012-2014. Berdasarkan temuan lembaga auditor KordaMentha, jaringan mafia minyak dan gas (migas) menguasai kontrak suplai minyak senilai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 250 triliun selama tiga tahun.
Sumber Tempo di Kementerian Energi mengatakan Petral menjadi kepanjangan tangan pihak ketiga untuk masuk proses pengadaan minyak. Menurut dia, pihak ketiga ini memiliki informan di tubuh Petral, yang membocorkan informasi pengadaan minyak, memunculkan perhitungan harga serta mengatur tender. “Sebelum disampaikan ke peserta tender, si pembocor menyampaikannya dulu ke jaringan tersebut."
Menurut Wisnuntoro, semua pekerja Petral tersebut saat ini (offline) sudah diganti oleh manajemen Pertamina. Dalam rangka menunggu pembubaran Petral pada April 2016, Pertamina sudah melakukan due diligence (uji tuntas) dengan mengalikan semua transaksi pengadaan dilakukan oleh Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina. Saat ini tak ada lagi aktivitas Petral selain penyelesaian permasalahan aset dan ihwal utang-piutang.
Wisnuntoro mengatakan audit forensik yang dilakukan KordaMentha tidak sampai menyentuh kisruh Petral dengan Pertamina sebagai korporasi. Sebab audit tersebut berkaitan langsung dengan transaksi pengadaan minyak.
ALI HIDAYAT
Baca juga:
Drama Teror Paris: Allahu Akbar, Isi Pelor Lagi, Lalu Tembak-tembak!
Heboh Penjara Buaya Budi Waseso:1.000 Buaya Ada Syaratnya