TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia II akan melebarkan sayapnya ke Australia. Pelabuhan tersibuk di utara Australia, Townsville dibidik untuk dijadikan sister port Pelindo di Australia. Kerja sama ini diharapkan dapat mempercepat dan menekan biaya logistik antar dua negara.
Kerja sama tersebut akan diteken langsung oleh Direktur Utama Pelindo II RJ Lino dan CEO Pelabuhan Townsville Renita Garrad pada Jumat, 13 November 2015. Kerja sama akan digelar di Exhibition Hall, National Conventional Centre Canberra, Australia. “Akan dibuka pelayaran langsung dari dan menuju Townsville,” ujar Lino dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 12 November 2015.
SKANDAL PETRAL: Bareskrim dan KPK Sebut Nama MR
Lino optimistis kerja sama ini akan menguntungkan kedua belah pihak. Sebab, selama ini transaksi kedua negara memakan waktu 23 hari kerja karena harus memutar terlebih dahulu melewati Asia Timur. “Australia dapat memanfaatkan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia salah satunya di Indonesia bagian timur.”
Selain itu, dalam acara Australia-Indonesia Business Forum 2015 dan Exhibition tersebut, turut dibicarakan kerja sama bilateral di bidang lain seperti sektor maritim, dan investasi. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, dan Gubernut Banten Rano Karno turut menghadiri acara tersebut.
BACA: SKANDAL PETRAL: Inilah MR, Mister Untouchable di Era SBY
Manuver Lino mendapat sambutan baik dari kalangan pengusaha logistik. Namun, setidaknya pelabuhan-pelabuhan di Indonesia seharusnya dioperatori sendiri. “Pelindo II kalau tidak mulai mengelola pelabuhan sendiri takkan punya pengalaman cukup untuk berekspansi,” kata Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Masita.
Zaldy mengungkapkan saat ini hampir sebagian besar pelabuhan yang ada di Indonesia di komandoi perusahaan asing. Pelabuhan Tanjung Priok misalnya, dikelola oleh Hutchison Whampoa Limited asal Hong Kong dan Pelabuhan Tanjung Perak yang dikendalikan oleh Dubai Port World. Bahkan Terminal I Kalibaru dipegang oleh Port of Singapore.
BACA: SKANDAL PETRAL: Terungkap, Mafia Migas Garong Rp 250 Triliun
“Bagaimana mau bisa bersaing dengan negara lain kalau operatornya saja orang asing,” katanya. Besar harapan, ucap Zaldy, Pelindo II tak melulu harus disuapi oleh operator asing. Musababnya, akan sangat berbahaya bagi negara sendiri jika cita-cita menjadi poros maritim tercapai, tapi 90 persen arus barang ekspor impor dikuasai asing.
ANDI RUSLI
BERITA MENARIK
Rekaman OC Kaligis Dibuka, Terungkap Permainan Uang Itu!
Kisah Tewasnya Hijaber UNJ, Begini Sifat Si Cantik