TEMPO.CO, Bandung - Tim mahasiswa dan alumni Institut Teknologi Bandung menjadi kampiun ajang Anugerah Jawara Wirausaha Sosial Bandung 2015 gelaran Yayasan Syamsi Dhuha, Bandung, untuk kategori ide usaha. Socialpreneurs yang mereka garap yakni layanan perawatan Intensive Care Unit (ICU) di rumah pasien. “Untuk mengatasi penolakan pasien akibat ruangan ICU rumah sakit penuh,” kata anggota tim, Faishal Ahmad Farrosi.
Gagasan usaha itu, kata Faishal, dari pengalaman ayahnya yang menjadi dokter jaga di ruangan ICU di sebuah rumah sakit swasta. Karena ruangan ICU penuh terisi, pasien baru dan keluarganya ditawarkan perawatan ICU di rumah pasien sendiri. “Selama dua tahun ini sudah menangani 20 pasien,” ujarnya seusai penghargaan di Auditorium Balaikota Bandung, 10 November 2015.
Rencananya, mereka akan membuka layanan via online. Tim akan memasang peralatan ICU standar seperti mesin ventilator, monitor, dan searing pump sesuai arahan dokter, dan menyiapkan perawat. Keuntungannya, kata dia, pasien bisa terbantu pemulihannya oleh keluarga di rumah seperti terapi untuk pasien stroke. “Peralatan itu bisa disewa,” kata Faishal.
Layanan itu mereka patok seharga Rp 2-3 juta per hari, lebih murah daripada tarif di rumah sakit yang bisa berkisar Rp 8-15 juta per hari. “Bisa murah karena ruangan perawatan tidak perlu bayar,” ujarnya. Sementara ini, layanan tersebut baru berjalan dari kabar antar pasien dan kenalan mereka. Sebagai kampiun kategori ide, mereka mendapatkan hadiah uang Rp 3 juta.
Anugerah Jawara Wirausaha Sosial Bandung digagas oleh Yayasan Syamsi Dhuha. Pengumuman dilakukan bertepatan dengan hari Pahlawan 10 November 2015.
Dari 12 finalis, pemenang ditetapkan lima orang, serta penghargaan seumur hidup untuk Bambang Ismawan sebagai salah seorang pelopor kewirausahaan sosial di Indonesia. Juara tunggal kategori ide, diraih tim mahasiswa serta alumni ITB yang menawarkan Family Homecare. Konsep wirausaha sosial mereka itu melayani jasa perawatan khusus berupa Intensive Care Unit (ICU) di rumah pasien sendiri.
Juara pertama kategori usaha baru (start up), diraih tim Fish n' Blues. Wirausaha sosial itu memberikan edukasi hingga membantu pemasaran hasil laut dari para nelayan yang tersebar di tujuh pesisir dari Sumatera hingga Maluku. Sedangkan juara keduanya Amygdala Bamboo, melibatkan pengrajin bambu di daerah Limbangan, Garut, dalam penanaman dan pembuatan barang kerajinan berbahan bambu.
Juara ketiga kategori usaha baru yang kurang dari 3 tahun berjalan, jatuh ke Sekolah Repoeblijk. Tim itu membuat program pendidikan khusus bagi para tenaga kerja Indonesia di Korea Selatan seperti pelatihan mengelola keuangan, permodalan, wirausaha, serta kuliah program S-1.
Juara tunggal kategori usaha yang berkembang (growing) diraih tim Kampoeng Domba. Agus Sunarto penggagasnya mengatakan, ia merintis ternak domba sebanyak 7 ekor untuk dikembangbiakkan oleh warga di kampungnya sejak 2012.
Panitia sekaligus penggagas lomba, Eko Pratomo mengatakan, dewan juri menyaring 293 pendaftar menjadi 50 calon hingga terpilih 12 finalis. Dewan juri melibatkan Ari Sutanti (British Council), Romy Cahyadi (UnLtd Indonesia), Dewi Meisari (UKM Center Universitas Indonesia), dan Juwanda (Dewan Smart City Kota Bandung). Para pemenang meraih hadiah uang berkisar Rp 3-7 juta. Mereka juga akan mendapat pelatihan lanjutan sambil dipertemukan dengan para calon investor.
ANWAR SISWADI