TEMPO.CO, Tuban - Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno merasa yakin PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dapat melunasi utang-utangnya kepada Pertamina setelah kilang TPPI yang berlokasi di Tuban kembali beroperasi.
Menteri Rini juga optimistis PT TPPI mampu melunasi utang sesuai dengan jadwal kontraknya. "Yakin itu bisa," katanya di lokasi kilang TPPI, Rabu, 11 November 2015.
Senada dengan Rini, Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto percaya utang TPPI dapat selesai secara bertahap karena perusahaan tersebut mempunyai kemampuan profitabilitas untuk membayar utang. Target utang TPPI bermacam-macam, yakni tahun 2018 dan 2020. Dwi memperkirakan utang PT TPPI mencapai US$ 800 juta.
Dwi juga berencana mengganti nama kilang PT TPPI tersebut setelah membeli saham mayoritas. Mantan Direktur Utama PT Semen Indonesia ini sedang memikirkan nama baru untuk kilang tersebut. "Ini ide bagus dari kawan-kawan. Apakah akan masuk nama Pertamina atau yang lain, kita lihat."
Presiden Joko Widodo mengatakan, dengan beroperasinya TPPI, impor Premium dapat berkurang hingga 19 persen. Tapi, jika proses di TPPI Tuban digabungkan dengan proses RFCC Cilacap, hal itu akan menurunkan impor Premium hingga 29 persen. Bahkan pada Desember 2015 penghematan impor akan mencapai 36 persen.
"Dan solarnya mencapai sekarang 40 persen, nantinya tidak akan ada impor pada akhir tahun," kata Jokowi.
Proses-proses produksi Premium, solar LPG, dan HOMC 92 (dikenal sebagai Pertamax 92) akan dikerjakan di kompleks TPPI Tuban ini dan nantinya kompleks ini akan menjadi Kompleks Industri Petrokimia di Indonesia. "Sebuah keputusan politik yang tadi diputuskan dalam rapat dan kita harapkan nantinya turunan-turunan dari proses produksi di sini semuanya akan dihasilkan di kompleks industri petrokimia itu," ujar Presiden.
Bahan-bahan turunan itu adalah petrochemical, seperti paraxylene, orthoxylene, benzene, dan toluene, yang dibutuhkan industri nasional. "Ini adalah masa depan industri dasar petrokimia di Indonesia, jangan berhenti," kata Presiden.
ALI HIDAYAT