TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini belum bisa bergerak ke zona hijau. Dalam pembukaan Selasa, 10 November 2015, indeks dibuka pada level 4.457 poin, melemah dari penutupan kemarin yang ada di posisi 4.499,50 poin. Indeks terus bergerak menuju zona hijau namun peningkatannya belum signifikan.
Saat ini posisi IHSG berada di 4.490,93 poin melemah 8,57 poin atau 0,1 persen. Analis David Sutyanto mengatakan, melemahnya indeks saham kemarin dipicu oleh data perdagangan Cina yang memburuk. "Koreksi ini karena kekhawatiran pasar atas perkembangan ekonomi Cina," kata analis dari First Asia Capital itu, Selasa, 10 November 2015.
Menurut David, nilai ekspor Cina Oktober lalu turun 6,9 persen (year on year), yaitu mencapai US$ 192,4 miliar. Sementara itu, nilai impor Cina pada Oktober anjlok 18,8 persen (yoy) ke angka US$ 130,8 miliar. "Memburuknya perekonomian Cina akan berimbas negatif bagi perekonomian kawasan Asia, terutama Indonesia, yang memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan Cina."
Sebelumnya, lanjut David, pasar saham emerging market tertekan oleh rencana kenaikan tingkat bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve - The Fed) menjelang akhir tahun ini. Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika kemarin melemah 0,6 persen di Rp 13.644, dan data cadangan devisa Indonesia akhir Oktober lalu turun US$ 1 miliar menjadi US$ 100,7 miliar.
Menurut David, ini merupakan level terendah sejak Januari 2014. "Kombinasi faktor eksternal dan internal itu memicu kembali meningkatnya risiko capital outflow yang berakibat tertekannya kembali aset berisiko."
Meningkatnya risiko pasar global ditandai dengan penguatan dolar Amerika serta memburuknya outlook pertumbuhan ekonomi global setelah perekonomian China memburuk, kata David. Kedua hal tersebut akan kembali menekan perdagangan saham hari ini. IHSG diperkirakan akan kembali bergerak di wilayah negatif setelah kemarin gagal bertahan di atas 4.500. "Indeks diperkirakan bergerak dengan kisaran 4.460 hingga 4.540," tutur David.
ADITYA BUDIMAN