TEMPO.CO, Jakarta - Bank Rakyat Indonesia (BRI) meramal rupiah di tahun 2016 tidak akan jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Faktor yang mempengaruhi, yaitu seputar kondisi ekonomi Cina dan spekulasi kenaikan The Fed. Saat ini kurs rupiah atas dolar Amerika berkisar Rp 13.800 per dolar.
Namun, menurut Wakil Direktur Utama BRI Sunarso, jelang rapat FOMC (Federal Open Market Committee) rupiah bisa naik Rp 13.500 ke atas. "Ini hanya ramalan saja ya," ucapnya saat berkunjung ke redaksi Tempo Senin, 9 November 2015
Sunarso menjelaskan, Indonesia selalu tergantung oleh faktor eksternal seperti gejolak ekonomi negara lain. "Ditambah belum pulihnya harga komoditas yang terpengaruh kondisi Cina," katanya
Ia menambahkan, yang paling terasa ialah shifting-nya kebijakan domestik ekonomi Cina yang tadinya mau mengandalkan permintaan domestik namun kembali ke ekspor. Hal tersebut membuat Cina terus berusaha menjual murah produknya. "Devaluasi Yuan akan terus berjalan, tetapi upaya dalam mendorong ekspor tidak selamanya berbentuk devaluasi," ujarnya.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, dari pada selalu mengacu ketidakpastian faktor eksternal pemerintah sebaiknya fokus pada sektor internal yakni sumber-sumber pertumbuhan ekonomi domestik.
"Sebab itu diperlukan komitmen pemerintah terhadap stimulus fiskal," kata Enny.
AHMAD FAIZ IBNU SANI