TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan pedagang beras di Jambi resah dengan membanjirnya beras impor. Beras impor yang diduga berasal dari Vietnam dan Thailand ini dijual dengan harga yang lebih murah daripada beras lokal. Beras impor pun lebih laku di pasaran, apalagi kualitasnya sama dengan beras lokal.
Muhammad Saragih, pedagang beras lokal di Pasar Angso Duo, Kota Jambi, resah dengan peredaran beras impor. Ia mengaku tak lagi bisa tidur nyenyak sejak beras impor membanjiri pasar.
Beras dagangannya tak laris seperti dulu karena kalah bersaing harga. “Penjualan terbanyak hanya 1 ton per bulan,” katanya, Kamis, 5 November 2015.
Menurut Muhammad, ia menjual beras dengan harga Rp 11-13 ribu per kilogram. Beras asal Jambi, Sumatera Barat, Lampung, dan Sumatera Selatan itu rata-rata dibeli dengan modal Rp 10 ribu. Sedangkan beras impor yang berlimpah di pasar tertua Jambi itu dibanderol Rp 9.500 per kilogram.
Beras impor berharga rendah itu diduga didatangkan secara ilegal tanpa pembayaran berbagai pajak. Menurut Kepala Perum Bulog Divisi Regional Jambi Laode Amijaya Kamaluddin, barang haram itu berasal dari Vietnam dan Thailand. “Beras ilegal tak mengenal musim. Mau kemarau mau hujan, beras tetap masuk,” ucapnya.
Seorang importir bahan pangan di Jakarta menuturkan beras haram itu didatangkan dari Vietnam Selatan. Masuknya beras selundupan ini sudah berlangsung beberapa tahun belakangan. Barang itu dikirim melalui Pelabuhan Klang, Malaysia. “Sekali jalan belasan ribu ton saja,” katanya.
TEMPO