TEMPO.CO, Kulon Progo - Menteri Pertanian Amran Sulaiman berdialog hangat dengan sejumlah petani disela panen jagung Desa Sendangsari Pengasih Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta Rabu 4 November 2015.
Amran memberi jatah berdialog dengan dua perwakilan petani dari kelompok Sumber Rahardjo desa itu untuk bertanya apa saja dan mengungkapkan keluh kesahnya selama menjalani profesi sebagai petani.
Seorang petani, Sabar, 60 tahun, mendapat giliran bertanya pertama. Sabar menuturkan, saat ada program bantuan dari pemerintah, seringkali distribusinya tidak jelas. Ada yang mendapat, ada yang tidak pernah.
Padahal bantuan itu sama-sama dibutuhkan karena petani sedang terdesak. Misalnya belum lama ini, pemerintah daerah menyalurkan bantuan pompa air. Namun karena yang mendapat hanya sebagian kecil petani, petani lain merasa iri karena sama-sama belum memilikinnya.
"Kalau pemerintah memberi bantuan, seharusnya merata pak, kalau tidak petani saling iri, hubungannya jadi nggak enak," ujar Sabar ceplas-ceplos.
Sabar mengatakan sebenarnya petani malu harus meminta-minta pada pemerintah. Namun bantuan pompa seperti itu menjadi kebutuhan mendesak, apalagi saat kemarau di mana sumber air makin dangkal dan sulit.
Menanggapi keluhan Sabar, Menteri Amran pun memintanya tetap sabar. "Rezeki itu tidak akan diubah malaikat, pak Sabar tetap yang sabar," ujar Amran. Menteri Amran lantas meminta Sabar berpaling menghadap rekan-rekan petaninya yang menyimak dialog itu.
Amran lantas meminta Sabar berujar langsung ke rekan-rekannya agar jangan saling iri pada bantuan pemerintah. Menanggapi jawaban Menteri Amran, Sabar pun hanya mesam-mesem. Lalu nyeletuk menyindir Amran.
"Nama saya memang Sabar, pak, sudah biasa sabar, orang sabar itu memang subur, tapi kalau sabar terus ya nggak bakal nempur (membeli beras)," ujar Sabar disambut tawa rekan-rekannya.
Menteri Amran yang turut tertawa dengan kepolosan Sabar akhirnya mengubah alokasi bantuan yang hendak disalurkan. Dari awalnya 15 pompa menjadi 20 pompa air. "Karena bapak sudah berani berdiri di sini dan menyampaikan permintaannya, saya tambah pompanya jadi 20, jangan iri-irian lagi," ujar Amran.
"Terima kasih pak, saya senang," ujar Sabar.
PRIBADI WICAKSONO