TEMPO.CO, Bojonegoro - Bupati Bojonegoro, Suyoto, menjanjikan keuntungan besar bagi investor di Asia yang tertarik menanamkan modalnya di Bojonegoro. Dia menjual kelebihan berupa perbedaan upah minimum pekerja di Bojonegoro serta akses yang semakin mudah ke Surabaya dan Jakarta.
"Bojonegoro tengah membangun kontainer daratan alias dry port yang bisa terkoneksi dengan Pelabuhan Teluk Lamong di Surabaya," kata Suyoto dalam Word Islamic Economic Forum (WIFE) ke-11 di Kuala Lumpur, Malaysia, 2-5 November 2015.
Pernyataan Suyoto dibagikan oleh bagian Humas Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Selasa 3 November 2015. Bupati Suyoto hadir di forum itu bersama antara lain Ketua Komite Pengusaha Indonesia-Malaysia, Tanri Abeng.
Menurut Suyoto, posisi Kabupaten Bojonegoro sangat strategis untuk berinvestasi jangka panjang. Selain rancangan dry port, jalur rel ganda yang menghubungkan kota-kota penting di Jawa bagian tengah dan utara juga sudah rampung, yaitu mulai dari Surabaya-Bojonegoro-Semarang-Cirebon dan Jakarta.
Jalur transportasi yang cepat bisa memotong biaya produksi karena adanya perbedaan antara upah minimum Kabupaten Bojonegoro, yaitu Rp 1,3 juta dengan upah minimun di sejumlah kota-kota besar. Gambaran singkatnya, pabriknya ada di Bojonegoro, di antaranya untuk produksi, kemudian dikirim ke kantor pusatnya. “Tentu saja ini menguntungkan,” katanya.
Keuntungan ini, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Bojonegoro, Adi Witjaksono, menambahkan, sudah dirintis dengan pendirian sejumlah pabrik yang berkantor pusat di Surabaya dan Pasuruan. Pabrik itu di antaranya berdiri di Desa Bakung Kecamatan Kanor dan memproduksi alas kaki.
"Pekerja pabrik mendapatkan UMK Bojonegoro, jumlahnya jauh di bawah Surabaya, Gresik, dan Pasuruan. Jadi, tentu ini bisa menekan biaya produksi,” ujar Adi.
SUJATMIKO