TEMPO.CO, Jakarta - Sektor konstruksi Indonesia menjadi kunci pertumbuhan ekonomi negara dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Namun, tidak didukung dengan jumlah pekerja konstruksi berkualitas yang cukup.
"Potensi pasar yang tidak terbatas ini tidak didukung dengan jumlah pekerja sektor konstruksi berkualitas yang ada di Indonesia," kata Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Yusid Toyib dalam keterangan tertulis, Selasa, 3 November 2015.
Yusid mengatakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencatat jumlah pekerja konstruksi sebanyak 7,2 juta. Namun data Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) pada Agustus 2015, hanya 109 ribu ahli yang bersertifikat dan 387 ribu pekerja bersertifikat. Selain itu, hanya sekitar 478 orang yang memiliki otorisasi untuk bekerja di kawasan ASEAN.
Pasar terbuka ASEAN seharusnya menjadi kabar baik bagi semua orang. Sebab, apabila diantisipasi dengan benar, maka akan membuka akses ke pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Namun, menurut Yusid, kesempatan besar ini harus diperhatikan dengan saksama karena minimnya pekerja berkualitas. "Kita bisa disusul Singapura dan Malaysia," ujarnya. Yusid menambahkan, jika tidak cepat mengantisipasinya, Indonesia tidak akan dapat merasakan keuntungan dari program Masyarakat Ekonomi ASEAN yang terintegrasi ini.
ARIEF HIDAYAT