TEMPO.CO, Jakarta - Rencana hengkangnya investor dari Batam ke negara lain mendapat perhatian khusus pemerintah. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani akan mengklarifikasi rencana tersebut dalam kunjungannya ke Batam, Rabu besok.
Menurut Franky, upaya ini dilakukan untuk mendapatkan informasi utuh terkait dengan permasalahan yang dihadapi investor, khususnya yang berlokasi di Batam. “Batam memiliki makna strategis karena merupakan salah satu kawasan industri yang pertama kali didirikan di Indonesia. Kami akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan BP Batam untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif untuk Batam,” ujar Franky dalam keterangan resminya, Selasa, 3 November 2015.
Menurut Franky, dia akan berdialog dengan beberapa investor di Batam. Selain perwakilan investor, dialog juga akan melibatkan Pemerintah Kota Batam, BP Batam, Apindo Batam, Himpunan Kawasan Industri serta asosiasi galangan kapal Batam (Batam Shipyard and Offshore Association). Langkah ini disebutnya sebagai bentuk kehadiran negara dalam proses investasi sehingga dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Franky menjelaskan ada tiga langkah BKPM untuk mewujudkan hal tersebut, yaitu penyederhanaan perizinan, memfasilitasi investasi terhambat, dan peningkatan investasi. Untuk perizinan, BKPM menargetkan adanya kepastian syarat dan waktu perizinan, sehingga tercapai perizinan yang cepat, mudah, transparan, dan terintegrasi.
Untuk memfasilitasi investasi terhambat, BKPM telah mengidentifikasi 80 perusahaan yang sedang dalam tahap konstruksi. Dari 80 perusahaan tersebut tercatat nilai investasinya mencapai US$ 19,07 miliar, dengan rencana penyerapan sebesar 289.112 tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung.
Sebelumnya, sempat diberitakan investor Jepang di Batam menyampaikan keluhannya dan mengancam hengkang dari Batam. Ini terkait dengan iklim investasi Vietnam yang dinilai lebih menarik, khususnya dalam hal isu tenaga kerja, pengupahan, dan perizinan tenaga kerja serta keamanan investasi.
Jepang merupakan salah satu negara dengan investasi terbesar. Data BKPM mencatat, pada periode Januari-September 2015, realisasi investasi Jepang menduduki peringkat ketiga teratas dengan nilai investasi mencapai US$ 2,49 miliar dengan jumlah proyek 1.315. Ini di bawah Singapura dengan jumlah investasi US$ 3,5 miliar (1.998 proyek) dan Malaysia dengan nilai investasi US$ 2,9 miliar (600 proyek).
AMIRULLAH