TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Latif Adam, menilai pemerintah harus tetap waspada meskipun penurunan harga terjadi hingga bulan lalu. Pasalnya, kata Latif, daya beli masyarakat masih terpukul. "Ini menjadi tantangan cukup berat bagi pemerintah," kata Latif, Senin, 2 November 2015.
Penurunan daya beli terlihat dari menurunnya permintaan barang sekunder dan tersier. Latif menilai, pemerintah harus menjaga gejolak harga bahan pokok dengan mengamankan pasokan bahan pokok. Sebab, ketersediaan stok pangan terancam lantaran El Nino melanda hingga akhir tahun mendatang.
Jika stok aman, Latif memprediksi deflasi bahan pokok bisa berlanjut hingga bulan depan. Jika ini berhasil, masyarakat bisa mempunyai ruang anggaran untuk membeli barang kebutuhan sekunder, bahkan tersier.
Latif juga menyayangkan pemerintah memperburuk daya beli dengan menaikkan tarif tol dan mewacanakan penghapusan tarif dasar listrik. Padahal sektor lain yang berkontribusi terhadap gejolak harga juga perlu diperhatikan.
Langkah jangka pendek bisa ditempuh dengan meluncurkan paket stimulus ekonomi keenam. Kata Latif, paket keenam perlu diisi dengan kebijakan yang menopang daya beli masyarakat, khususnya yang tidak bekerja. Sebab, dia menduga angka pengangguran melebihi apa yang dicatat Badan Pusat Statistik.
"Paket kebijakan keenam harus ada skenario untuk itu. Paling tidak, untuk menjaga daya beli barang primer bagi yang tidak bekerja," ucap Latif.
ROBBY IRFANY