TEMPO.CO, Jakarta - PT Freeport Indonesia sepanjang 2014 memproduksi 664 juta pon tembaga dengan harga realisasi rata-rata US$ 3,01 per pon. Hasil ini menurun dibandingkan tahun 2013 sebesar 885 juta pon dengan harga realisasi rata-rata US$ 3,8 per pon.
Menurut laporan tahunan terakhir Freeport McMoran, penurunan produksi tembaga Freeport Indonesia karena adanya kebijakan pembatasan ekspor oleh pemerintah dan penghentian kerja terkait tenaga kerja. Namun sebaliknya hasil produksi emas justru meningkat.
Dari data laporan tahunan Freeport tercatat bahwa produksi emas pada 2014 sebesar 1,17 juta ons atau 33 juta gram (33.000 kg), dengan harga realisasi rata-rata US$ 1.229 per ons. Jumlah ini lebih tinggi dibanding jumlah produksi tahun 2013 yaitu sebesar 1,10 juta ons emas dengan rata-rata realisasi harga $ 1.312 per ons.
Pembatasan ekspor tidak mempengaruhi produksi karena diimbangi oleh nilai bijih emas yang semakin tinggi. Total penjualan emas Indonesia dan Amerika Selatan yang sebesar 1,25 juta ons mencatat kenaikan tipis dari 1,2 juta ons pada 2013. Dan dari data tersebut, kantor pusat Freeport mengharapkan penjualan dari tambang Indonesia akan mendekati 1,0 miliar pon tembaga dan 1,3 juta ons emas pada tahun 2015.
Data penjualan perusahaan Amerika Serikat ini penting untuk dicermati.terlebih setelah munculnya polemik perpanjangan izin operasional Freeport Indonesia.
Baca Juga:
Sebelumnya Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli menegaskan bahwa negosiasi perpanjangan kontrak baru bagi Freeport hanya bisa dilakukan dua tahun sebelum masa kontrak itu habis pada 2021. Ia menyebutkan ada pejabat yang keblinger sehingga ingin buru-buru memperpanjang kontrak baru itu.
“Ada alasannya aturan dua tahun itu, supaya bargaining Indonesia kuat. Kalau sudah kepepet, Freeport tidak ada pilihan,” kata Rizal Ramli di Aula Barat ITB, Kamis, 15 Oktober 2015.
Menurut dia, Freeport harus sedikitnya memenuhi tiga syarat, yakni memenuhi permintaan untuk membayar royalti 7 persen, bersihkan limbah, dan mempercepat divestasi. “Kalau tidak mau tanda tangan, bagus banget, kita dapat durian runtuh. Tambang dan cadangan emasnya gede banget,” kata Rizal.
Cadangan material di tambang Freeport itu jika dimasukkan ke cadangan Bank Indonesia, bisa membuat nilai rupiah menguat jadi Rp 5.000 per dolar Amerika Serikat. “Kita sengaja pepetin supaya (Freeport) tidak ada pilihan,” ujarnya.
Rizal Ramli mengatakan keuntungan Freeport selama ini besar. Dari hasil kajian timnya atas laporan Freeport, keuntungannya per tahun hampir US$ 6 miliar. Sebesar US$ 1 miliar keuntungan bersihnya disisihkan untuk capital standing.
ARIEF HIDAYAT