TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan kilang nasional sulit terealisasi karena banyak campur tangan partai politik. Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, mengatakan rencana pembangunan kilang banyak yang belum terealisasi. "Kita ini terlalu banyak partai. Memang nasionalisasi, tapi di balik itu keputusan menjadi terbelah-belah," ucap Agus di gedung Dewan Pers, Jakarta, Ahad, 11 Oktober 2015.
Menurut dia, pemerintah harus mencontoh Singapura, yang bisa merealisasi pembangunan kilang dengan cepat hanya dalam dua tahun. "Kalau kita, puluhan tahun enggak jadi-jadi," ujarnya.
Sependapat dengan Agus, Direktur Eksekutif Indef Eny Sri Hartati menuturkan masih lambannya pemerintah dalam merealisasi pembangunan kilang di Indonesia karena komunikasi yang tidak sejalan. Padahal modal untuk membangun kilang masih bisa dipenuhi pemerintah dengan skema-skema bisnis yang pernah diterapkan.
"Jangan-jangan ini problem komunikasi. Kita tahu Pertamina selama ini melakukan kreativitas bangun kilang ini itu," katanya.
Pertamina sudah menyampaikan akan membangun tiga kilang baru untuk mengurangi ketergantungan impor. Salah satu lahan yang siap dibangun kilang ada di Bontang. Sedangkan dua lain masih dalam proses perhitungan yang dilihat dari sisi kebutuhannya.
INGE KLARA SAFITRI