Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bisnis Topi Laken, Keuntungannya Berlipat-lipat  

image-gnews
Topi khas Laken dijual di Pasar Ketitang, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (3/6). TEMPO/Budi Purwanto
Topi khas Laken dijual di Pasar Ketitang, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (3/6). TEMPO/Budi Purwanto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak bisnis keluarga yang terus berkembang hingga saat ini meskipun zaman telah berubah. Salah satu bisnis yang sudah lama muncul di Tanah Air adalah pembuatan topi dari bahan laken. Pelindung kepala tersebut sudah banyak diproduksi para pengrajin lokal dan dipasarkan hingga penjuru Indonesia.

Awalnya, topi-topi buatan pengrajin tersebut hanya dijual secara konvensional di pasar-pasar tradisional, yang menyasar para blantik sapi di kawasan Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu dan bergantinya generasi produsen topi laken, sekarang produk tersebut bisa dengan mudah ditemukan dijual secara online oleh para penerus generasi pengrajin topi laken.

Salah satunya adalah Denis Andri yang memasarkan topi laken secara online melalui forum jual beli online. Pria yang berdomisili di Kediri, Jawa Timur itu mengaku bisnis pembuatan topi tersebut diwariskan oleh orangtuanya yang sudah memproduksi topi sejak dua dekade lalu.

Sejak dua tahun terakhir Denis mulai merambah dunia online untuk meningkatkan omzet penjualan topi berbahan laken yang selama ini hanya dijual di pasar-pasar tradisional. “Saya melihat permintaan terhadap topi ini cukup tinggi dengan persaingan di produk serupa yang belum terlalu ketat, sehingga bisnis online cukup menjanjikan untuk meningkatkan penjualan,” katanya.

Hal serupa juga dilakukan oleh Abdul Rohim yang merupakan generasi kedua produsen topi laken yang saat ini berdomisili di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Saat ini dia memasarkan topi buatannya melalui berbagai macam forum jual beli, serta aplikasi pesan singkat.

Dia bercerita, awalnya kedua orangtuanya memproduksi topi berbahan laken di kawasan Madura mulai 1970. Sejak beberapa dekade yang lalu, masyarakat Madura banyak yang menjadi pengrajin topi karena permintaannya yang cukup tinggi.

Hingga sekarang, produsen topi di Madura masih tetap bertahan, namun masih sedikit yang memasarkannya secara online. Padahal, banyak konsumen dari berbagai daerah yang mencari produk itu melalui Internet. “Selain menjualnya lewat toko topi yang kami kelola, sekarang topi sudah bisa dibeli secara online dan akan dikirimkan ke alamat pemesan,” katanya.

Baik Denis maupun Abdul, mengaku adanya peningkatan penjualan sejak produk topi buatan usaha keluarga mereka dijual secara online. Pertumbuhan penjualan bisa mencapai 20 persen-30 persen dibandingkan dengan total penjualan di toko dan pasar tradisional.

Denis mengatakan, saat ini dirinya bisa memproduksi hingga 50 topi laken dalam sehari yang dibantu oleh tiga orang tenaga kerja. Adapun, model topi yang rutin diproduksi dan menjadi favorit konsumen, yakni topi model pork pie, stout hat, dan homburg.

Masing-masing topi dijual dengan harga Rp 200 ribu per buah. Harga yang ditawarkannya tersebut dinilai lebih murah dibandingkan dengan harga topi produsen lainnya. Sehingga, harga yang bersaing tersebut menjadi salah satu daya tarik topi buatannya. "Ada beberapa produsen yang menjual topi laken secara online, tetapi harga yang ditawarkan relatif lebih mahal,” katanya.

Selain tiga model topi yang rutin diproduksi, Denis juga menerima pemesanan topi sesuai keinginan konsumen. Pemesan bebas menentukan model, ukuran dan warna. Tidak ada minimal pemesanan dan proses pembuatannya juga cukup cepat, sekitar satu hari. “Pembuatan topi itu cepat, asalkan bahannya tersedia dan cuaca mendukung, karena ada bagian yang harus dikeringkan menggunakan sinar matahari,” katanya.

Sementara itu, Abdul bisa memproduksi sekitar 20-30 topi dalam sehari. Model andalannya adalah topi koboi dengan lebar daun topi yang berbeda-beda mulai dari 3 sentimeter hingga 8 sentimeter. Topi buatannya tersebut dijual dengan kisaran harga Rp 60 ribu - Rp 500 ribu. “Margin keuntungan bisa mencapai 50 persen dari harga jual, tergantung dari ukuran topi dan jenis bahan laken yang digunakan,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini, kebanyakan konsumen topi koboi Abdul adalah para pengusaha yang mengoleksi berbagai macam topi, khususnya untuk topi dengan daun lebar, sedangkan untuk topi berdaun kecil banyak digunakan sehari-hari oleh masyarakat luas. “Banyak yang beli hanya dijadikan sebagai pajangan di rumah, atau digunakan hanya pada kegiatan-kegiatan khusus,” imbuhnya.

Meskipun demikian, permintaan terhadap topi ini cenderung terus meningkat. Apalagi, saat ini topi tak hanya dijadikan sebagai penutup kepala, tetapi juga bagian dari gaya berbusana.

Denis juga merasakan pengalaman yang sama. Semakin banyaknya para tokoh publik yang menjadikan topi sebagai fesyen item, membuat masyarakat ikut menjadikannya sebagai kebutuhan gaya. “Mayoritas pemesan dari daerah Jakarta dan Jawa Barat, mereka banyak yang mencari topi dengan harga yang murah,” paparnya.

Tak jarang ada yang datang langsung ke Kediri untuk membeli topi laken dalam jumlah banyak. Bahkan, untuk pembelian grosir biasanya saya beri potongan harga khusus sekitar Rp130 ribu-Rp 150 ribu setiap 10 topi.

Kendati bisnis ini telah berjalan puluhan tahun, bukan berarti tidak menemui kendala di tengah jalan. Denis dan Abdul mengatakan kendala yang ditemui saat ini lebih pada pasokan bahan baku. Persediaan bahan laken yang kebanyakan diimpor tersebut tidak selamanya ada, sehingga produsen topi harus pintar-pintar memasok bahan baku dari importir hingga mencari alternatif bahan baku lainnya.

Abdul mengatakan pernah suatu waktu kehabisan bahan laken, sehingga dia tidak bisa berproduksi. Dia pun mencoba mencari jalan keluar dengan menggunakan bahan wol yang dipress secara manual.

Meskipun hasil bahannya lebih lembek dibandingkan dengan bahan laken, tetapi masih banyak konsumen yang menyukainya. Dia menilai bisa jadi karena konsumen tidak memiliki pilihan lain dan sangat membutuhka topi. “Sebelum dijual, saya sudah beritahun bahwa topi itu dibuat dari bahan wool bukan dari laken, namun konsumen tetap menyukainya,” paparnya.

Meski demikian, selama bahan laken masih didapatkan, Abdul tetap konsisten menggunakan bahan tersebut karena kualitasnya yang lebih baik dan tahan lama. Hal itu yang juga dilakukan Denis, hingga saat ini dia belum pernah mencoba alternatif bahan lain pembuat topi selain laken, karena hal itu yang menjadi ciri khas produksi topi secara turun-temurun.

Ke depannya, Denis dan Abdul sepakat prospek di bisnis ini masih tetap cerah, seiring semakin meluasnya pasar konsumen topi, serta gaya hidup dan penampilan yang dinamis. “Produsen yang memanfaatkan pemasaran online masih terbatas, hal ini yang bisa diambil peluangnya,” kata Abdul.

Selain itu, kepekaan produsen terhadap tren terkini dan dunia fesyen juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan bisnis dan daya tarik bagi konsumen. “Yang terpenting produsen topi harus bisa mengikuti tren, caranya dengan rajin mencari informasi tentang gaya terbaru topi di luar negeri di internet,” ungkap Denis.

BISNIS.COM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Lion Air Group Gandeng 16 Perguruan Tinggi untuk Perkuat Ekosistem Penerbangan

33 hari lalu

Batik Air. Dok. Lion Air
Lion Air Group Gandeng 16 Perguruan Tinggi untuk Perkuat Ekosistem Penerbangan

Maskapai penerbangan Lion Air Group menggandeng 16 perguruan tinggi di Indonesia untuk memperkuat ekosistem penerbangan.


Gebyar Wirausaha 10: Menuju Kesuksesan dan Berkah melalui Transformasi Bisnis

15 Februari 2024

Kemeriahan Gebyar Wira Usaha (GWU)
Gebyar Wirausaha 10: Menuju Kesuksesan dan Berkah melalui Transformasi Bisnis

Gebyar Wirausaha ke-10 ini juga diharapkan menjadi gerbang utama dalam Program One Year Coaching (OYC) Batch 7.


Kemenkop UKM: Kesehatan dan Kecantikan jadi Sektor Unggulan Pengembangan UMKM

6 Februari 2024

Ilustrasi Pameran Alat Kesehatan/Istimewa
Kemenkop UKM: Kesehatan dan Kecantikan jadi Sektor Unggulan Pengembangan UMKM

Kemenkop UKM berharap dapat menciptakan lingkungan yang mendukung lahirnya wirausaha yang inovatif, berbasis teknologi, dan bertahan.


Bank Mandiri Umumkan Jawara Wirausaha Muda Mandiri 2023

20 Januari 2024

Bank Mandiri Umumkan Jawara Wirausaha Muda Mandiri 2023

Terpilih 12 pemenang di kategori Business Existing dan satu pemenang untuk kategori Business Plan.


Finalis WMM 2023 Pamerkan Karya dan Kreasi Unggulannya

19 Januari 2024

Finalis WMM 2023 Pamerkan Karya dan Kreasi Unggulannya

Para finalis yang berhasil lolos seleksi dari lebih dari 8.000 pendaftar dari berbagai daerah di Indonesia memamerkan inovasi, kreativitas, dan inspirasi mereka.


Finalis Kompetisi Wirausaha Muda Mandiri Unjuk Karya di Tunjungan Plaza

19 Januari 2024

Finalis Kompetisi Wirausaha Muda Mandiri Unjuk Karya di Tunjungan Plaza

Kompetisi dihelat Bank Mandiri sejak September 2023. Sudah masuk Top 20 Finalis Business Existing dan 4 Finalis Business Plan.


Lolos Seleksi, 10 Peserta Indonesia Entrepreneur Challenge Lanjut Presentasi di Hadapan Investor

21 Desember 2023

Para UMKM peserta IEC 2023 yang  terpilih untuk bertemu dengan para investor berfoto bersama panitia dari Tempo,  investor, dan mitra strategis Tempo Media Group. Istimewa
Lolos Seleksi, 10 Peserta Indonesia Entrepreneur Challenge Lanjut Presentasi di Hadapan Investor

Sepuluh pelaku UMKM peserta Indonesia Entrepreneur Challenge (IEC) 2023 berkesempatan bertatap muka dan presentasi kepada sejumlah investor.


HSBC Salurkan Pinjaman Rp 150 Miliar untuk Wirausaha Mikro Perempuan

29 November 2023

HSBC Salurkan Pinjaman Rp 150 Miliar untuk Wirausaha Mikro Perempuan

HSBC Indonesia menyalurkan pinjaman sosial Rp 150 miliar kepada wirausaha mikro perempuan melalui PT Mitra Bisnis Keluarga Ventura.


MenkopUKM Berikan Apresiasi kepada 12 Wirausaha di Entrepreneur Award 2023

28 November 2023

MenkopUKM Berikan Apresiasi kepada 12 Wirausaha di Entrepreneur Award 2023

Pemberian apresiasi dari Kementerian Koperasi dan UKM kepada 12 wirausaha dan start-up dengan kriteria Best Product Innovation dan Business Impact.


Telkomsel Berkolaborasi Bersama Productive+ Dukung Teman Disabilitas Berwirausaha

18 November 2023

Telkomsel Berkolaborasi Bersama Productive+ Dukung Teman Disabilitas Berwirausaha

Implementasikan Prinsip ESG Berkelanjutan, Telkomsel Berkolaborasi Bersama Productive+ Dukung Teman Disabilitas Berwirausaha