TEMPO.CO, Jakarta -- Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan stok beras yang dimiliki Bulog saat ini mencapai 1,7 juta ton. "Posisinya aman sampai enam bulan ke depan," kata Djarot dalam acara peluncuran operasi pasar, Jumat, 2 Oktober 2015, di gudang Bulog Divre DKI Jakarta, Sunter, Jakarta Utama.
Dia mengatakan stok aman enam bulan itu berdasarkan perhitungan ideal. Sebab, jika stok dibuat semakin besar, maka penyimpanannya akan semakin lama berpengaruh pada kualitas beras.
Sementara jika simpanan dibuat pendek, akan timbul keraguan di masyarakat bahwa stok Bulog kecil. Karena itu, simpanan yang ideal, kata Djarot, adalah sampai enam bulan ke depan.
TEROR DI OREGON
Kampus di AS Diserang, 10 Tewas: Pelaku Sempat Tanya Agama
Penembakan Massal di Oregon, Obama: Amerika Telah Mati Rasa
Menurut Djarot, lamanya simpanan didasarkan atas perhitungan dari panen ke panen. Masa dari panen ke panen sekitar empat bulan. Masa ini lalu ditambahkan dua bulan untuk pengaman. "Sehingga simpanan yang ideal itu enam bulan karena enam bulan ini masih mampu kami tahan."
Dia memastikan kualitas simpanan beras enam bulan itu masih bagus. "Jangan sampai stoknya banyak, tapi kualitasnya sudah kurang bagus. Ini menjadi kewajiban Bulog untuk menjaga soal ini," kata Djarot.
Presiden Joko Widodo meminta tidak ada pihak yang menyebarkan isu bahwa stok beras Bulog minim. "Stok kita ada, jadi jangan ada isu-isu yang bilang stok kita minim," kata Jokowi saat mengecek gudang Bulog di Sunter dalam kesempatan yang sama.
GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965
G30S, Omar Dani: Pesta di Lubang Buaya Itu Isapan Jempol
G30S, Omar Dani: Harto Tak Mau ke Bung Karno, Itu Tak Aneh
Meski menyatakan stok aman, Bulog tetap melakukan penyerapan beras dari petani. Ini dilakukan untuk memperkuat cadangan beras, terutama menghadapi dampak El Nino yang masih terus berlangsung. Penyerapan beras dilakukan di daerah-daerah yang menggunakan irigasi teknis, seperti di Karawang, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sementara di daerah dengan sistem pertanian tadah hujan, penyerapan sudah tidak bisa dilakukan.
Djarot menjelaskan di daerah-daerah tersebut air irigasi masih mengalir karena pasokan air waduk masih ada. Di Karawang, irigasi dipasok dari waduk Jatiluhur yang belum kering. Begitu juga di daerah Sukoharjo yang irigasi teknisnya masih berjalan serta di Jawa Timur dengan pasokan air dari Bengawan Solo yang masih dianggap baik.
Namun Djarot mengakui spot penyerapan beras makin mengecil. "Kami bukan berebut dengan pedagang, tapi dengan petani itu sendiri." Dengan demikian, serapan yang bisa dilakukan Bulog adalah beras tersisa setelah dikonsumsi petani.
AMIRULLAH
BERITA MENARIK
SALIM KANCIL DIBUNUH: Bebaskan Kades, Istri Tertipu Rp 75 Juta
Bisnis Pasir, Kades Salim Kancil Bisa Raup Rp 2 M per Bulan