TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak mengatakan industri mebel dan kerajinan nasional merupakan bantalan ekonomi yang kuat saat ekonomi sedang lesu. "Industri ini telah menjadi jalan keluar dalam penyerapan tenaga kerja," ujar Nus di kantornya, Selasa, 29 September 2015.
Nus mengatakan industri tersebut bisa tetap eksis dan menghasilkan devisa saat industri lain terkena imbas krisis karena didukung konten lokal yang cukup besar. Ditambah lagi, kata dia, kondusifnya iklim investasi juga menumbuhkan ekspor produk mebel dan kerajinan nasional. "Ini dapat terus meningkat dalam lima tahun ke depan. ketersediaan bahan baku hasil hutan yang melimpah, sumber daya terampil, dan revitalisasi teknologi meningkatkan kinerja sektor mebel dan kerajinan,” katanya.
Inovasi tiada henti, ujar Nus, merupakan keharusan bagi industri furnitur agar maju dan berkembang sehingga mampu bersaing dengan produk serupa dari negara lain. Permintaan dunia akan produk furnitur sangat tinggi dengan nilai US$ 163,2 miliar. Tren pertumbuhannya dinilai positif, yaitu sebesar 7,76 persen, dalam lima tahun terakhir.
Dalam setahun terakhir, sektor furnitur mengalami pertumbuhan sebesar 2,18 persen dengan total nilai ekspor pada 2014 sebesar US$ 1,78 miliar. Tujuan ekspor utama Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, Australia, Belgia, Korea Selatan, dan Taiwan. Namun, untuk periode Januari-Juli 2015, nilai ekspor produk furnitur mencapai US$ 1,01 miliar atau mengalami penurunan 4,38 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Nilai ekspor Indonesia ini masih di bawah Malaysia dan Vietnam. Pada 2014, Indonesia baru mampu menyuplai 1,09 persen dari total ekspor dunia sehingga menempatkannya di posisi ke-19 dunia. Sedangkan Vietnam sudah menyuplai 3,68 persen dan Malaysia 1,50 persen.
Pertumbuhan produk kerajinan Indonesia menunjukkan kenaikan 3,76 persen pada 2014. Total nilai ekspor produk kerajinan Indonesia pada 2014 mencapai US$ 694 juta, dengan negara tujuan ekspor utama Amerika Serikat, Jepang, Hong Kong, Inggris, Jerman, Belanda, Korea Selatan, Australia, Prancis, dan Singapura.
Pada periode Januari-Juli 2015, nilai ekspor kerajinan mencapai US$ 406 juta atau meningkat 0,31 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
DEVY ERNIS