TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah memfinalisasi pemberian insentif pengurangan pajak bunga deposito bagi eksportir yang menyimpan hasil ekspornya di perbankan dalam negeri. Diharapkan, kebijakan ini dapat menarik dana hasil ekspor (DHE) berbentuk valuta asing yang disimpan eksportir di luar negeri.
"Dengan begitu cadangan devisa akan semakin kuat. Di tengah kondisi ekonomi global ini, pemerintah tidak bisa melakukan paksaan, tapi harus diganti dengan insentif," ujar Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di gedung Dewan Perwakilan Daerah Jakarta, Senin, 28 September 2015.
Tersimpannya DHE di dalam negeri secara optimal, menurut Bambang, pemerintah dan Bank Indonesia dapat menambah pasokan valuta asing khususnya dolar AS ke pasar domestik, sehingga dapat memperkuat cadangan devisa. Dia juga mengatakan dengan semakin kuatnya cadangan devisa, otoritas moneter akan terbantu untuk mengantisipasi berlanjutnya depresiasi nilai tukar rupiah.
Pemerintah, lanjutnya, masih mendiskusikan berapa besaran pengurangan pajak bunga deposito itu. "Pokoknya yang mau tukar rupiah yang paling besar, itu akan dapat diskon paling besar," ujar Menteri Bambang.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan insentif pajak tersebut akan diumumkan pekan ini. Berdasarkan data Bank Indonesia, cadangan devisa per Agustus 2015 berjumlah 105,3 miliar dolar AS.
Gubernur BI Agus Martowardojo pada 20 September 2015 kepada Komisi XI DPR menyatakan cadangan devisa per 20 September sebesar US$ 103 miliar. Akhir September juga merupakan waktu yang dijanjikan pemerintah untuk mengeluarkan paket kebijakan ekonomi jilid II.
Salah satu tujuan paket kebijakan jilid II tersebut untuk memulihkan stabilitas nilai tukar rupiah, salah satunya dengan memperkuat cadangan devisa. Hingga 28 September 2015, nilai tukar rupiah sudah memasuki level psikologis Rp 14.600. Berdasarkan data transaksi antarbank di Jakarta pada Senin pagi, nilai tukar rupiah Rp 14.674 per dolar AS.
"Faktor teknikal menjadi salah satu penopang bagi nilai tukar rupiah bergerak positif terhadap dolar AS. Sebagian pelaku pasar mencoba untuk melakukan aksi ambil untung karena kondisi rupiah yang sudah relatif undervalue," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada.
ANTARA