TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Republik Indonesia periode tahun 2009-2014, Boediono mengungkapkan pandangannya terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang tengah dilanda krisis dalam Seminar bertajuk "Managing Turbulence Finance" yang diselenggarakan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
"Situasi yang cepat berubah saat krisis membutuhkan kecepatan dalam pengambilan keputusan. Ada banyak ketidakpastian selama proses pengambilan keputusan sehingga, hal pertama dan urgen yang harus dilakukan adalah meminimalkan ketidakpastian itu sendiri," kata Boediono, Selasa, 22 September 2015 di Ritz Carlton Jakarta.
Boediono menuturkan kondisi saat ini masih belum separah kondisi krisis sebelumnya, seperti 1998 dan 2008. Krisis yang terjadi pada 1998 jauh lebih memukul perekonomian Indonesia, terutama sektor keuangan.
"Perbankan waktu itu asetnya tinggal 4 persen, saat ini perbankan kondisinya masih kuat, CAR (capital adequate ratio) juga masih cukup," katanya.
Nasabah pada waktui itu pun dijamin simpanannya oleh negara menggunakan metode blanket guarantee, karena belum adanya LPS.
Plt Ketua Eksekutif LPS Fauzi Ichsan pun ikut menggambarkan nasib nasabah pada periode tersebut. "Blanket guarantee yang dilakukan pasca krisis moneter pada 1998 itu kondisinya seluruh deposito, simpanan, dan pinjaman antar bank dijamin 100 persen, " ujar Fauzi di sela-sela acara.
Menurut Fauzi saat ini kondisi belum krisis, sehingga belum mendesak untuk diterapkan. Blanket guarantee adalah opsi terakhir yang dapat dilakukan.
"Untuk sampai ke tahap blanket guarantee banyak tahapannya. Jadi, bisa saja suku bunga LPS dinaikkan dulu, level penjaminan dinaikkan dari Rp 2 miliar ke Rp 3 miliar, banyaklah opsi sebelum itu," ujarnya.
Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro saat memberikan sambutan mengatakan Indonesia berdasarkan pengalaman, cukup tangguh menghadapi krisis.
Menurut Bambang, di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini, perlambatan pertumbuhan ekonomi sangatlah lumrah terjadi. "FKSSK (Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan) memastikan bahwa ekonomi Indonesia tetap survive. Periode krisis 1997-1998 memberikan banyak pelajaran mengenai pentingnya persiapan dan penanganan gejolak ekonomi dalam skala besar," ujarnya.
Bambang menilai peran LPS sangat penting di tengah pergolakan ekonomi untuk mengelola stabilitas perbankan khususnya.
Chairman of Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) Sheila Bair juga optimistis Indonesia dapat melenggang melewati krisis. "Kunci sukses LPS, khususnya untuk melewatik krisis, terletak pada kewenangan dalam pemeriksaan bank secara langsung, serta lebih konservatif dalam kebijakan terkait permodalan, " ujar Sheila.
Menteri Keuangan Inggris periode 2007-2010, Alistair Darling, juga mengungkapkan bahwa kolaborasi kebijakan fisk dan moneter harus berjalan beriringan untuk menjaga stabilitas ekonomi. "Menjaga kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan melalui lender of the last resort dan skema peminjaman simpanan sangat penting, karena itu menunjukkan bahea pemerintah mampu mengontrol secara penuh, " katanya.
GHOIDA RAHMAH