TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pariwisata Republik Indonesia sedang menyusun strategi berdasarkan kekurangan dan permasalahan yang terjadi di lapangan untuk menggaet lebih banyak wisatawan Nusantara ke Bali.
Watie Moerany, Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara, mengungkapkan permasalahan tersebut di antaranya adalah infrastruktur dan aksesibilitas untuk menuju destinasi wisata.
"Permasalahan infrastruktur seperti kebersihan toilet dan aksesbilitasnya, apakah sulit untuk mencapai tempat tujuan tersebut. Kami berharap dapat bekerja sama dengan stakeholder terkait serta pihak travel agent untuk menjalankan strategi dalam menarik jumlah kunjungan wisatawan Nusantara," ujarnya ketika ditemui di Denpasar belum lama ini.
Dia mengatakan travel agent selaku penyedia paket tur saat ini dituntut untuk semakin kreatif dalam menyusun program tur karena travel agent juga mempunyai peran penting dari sisi aksesibilitas.
"Contohnya wisatawan yang akan tur dari Denpasar ke Karangasem tentu melalui perjalanan yang cukup lama, sehingga akan berujung pada kebosanan. Untuk mengatasi kebosanan, travel agent harus lebih berkreativitas dengan membuat program tambahan di daerah yang dilewati. Misalkan wisatawan diajak untuk singgah di Klungkung melihat proses pembuatan tenun," katanya.
Strategi tersebut, kata dia, bisa dilakukan dengan memanfaatkan industri kreatif yang dipadukan dalam sebuah perjalanan wisata. Jika hal tersebut dapat diterapkan, tentunya akan memberikan dampak positif bagi perkembangan pariwisata Bali ke depan serta memberikan keuntungan tersendiri bagi wisatawan dan pelaku industri kreatif di Bali.
"Untuk 2015 Kemenpar menargetkan kunjungan wisatawan Nusantara sebanyak 255 juta orang, dan untuk 2016 mendatang kami sudah menargetkan sebanyak 260 juta kunjungan wisatawan Nusantara yang tentunya didukung oleh beberapa hal tersebut tadi," katanya.