TEMPO.CO, Jakarta - Griya Usaha Mikro Kecil dan Menengah Yogyakarta yang selama ini hanya digunakan untuk memajang karya perajin akan mulai dimanfaatkan sebagai lokasi pameran sekaligus transaksi antara perajin dan pembeli.
"Rencana itu akan coba direalisasikan 2016. Setidaknya akan ada enam kali pameran di lokasi tersebut," kata Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta Tri Karyadi Riyanto di Yogyakarta, Minggu, 20 September 2015.
Menurut dia, pada setiap pameran yang digelar di Griya UMKM yang berada di Jalan Tamansiswa Yogyakarta tersebut akan mengusung tema yang berbeda-beda, misalnya tema mengenai batik, kerajinan logam, dan jumputan.
"Setiap kali ada kunjungan dari sejumlah instansi ke Griya UMKM, barang-barang yang ditampilkan oleh perajin selalu laku. Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk memanfaatkan lokasi ini sebagai tempat pameran," katanya.
Griya UMKM dibuka sejak 2009 serta berfungsi sebagai "sekolah" bagi pelaku UMKM di Kota Yogyakarta. Di tempat tersebut pelaku UMKM bisa melakukan konsultasi bisnis dengan tiga konselor yang sudah disiapkan.
Selain itu, Griya UMKM menjadi sekretariat dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Yogyakarta dan Dewan Koperasi Indonesia Yogyakarta.
Disperindagkoptan Kota Yogyakarta menyiapkan 15 etalase untuk menampilkan produk kerajinan dari perajin yang tergabung dalam Forum Komunikasi UMKM di 14 kecamatan dan satu etalase lainnya digunakan untuk anggota Dekranasda Kota Yogyakarta.
"Di Griya UMKM tersebut perajin juga bisa mengembangkan kemampuan pemasaran secara online. Kami baru saja memperoleh bantuan sepuluh unit komputer dari PT Telkom, termasuk jaringan Internetnya," katanya.
Ia berharap kegiatan pameran yang akan digelar di Griya UMKM bisa bermanfaat dan memberikan keuntungan kepada perajin di Kota Yogyakarta agar mereka lebih mudah memasarkan produknya.
Di Kota Yogyakarta terdapat sekitar 20.000 perajin UMKM yang didominasi kuliner sebanyak 75 persen dan sekitar 500 perajin yang bergerak di bidang handycraft.
Ketua Dekranasda Kota Yogyakarta Tri Kirana Muslidatun mengatakan belum semua perajin yang tergabung dalam lembaga yang dipimpinnya mampu mandiri, sehingga masih membutuhkan bantuan dan pendampingan.
Ia menyebutkan dari 300 perajin yang tergabung sebagai anggota Dekranasda Kota Yogyakarta, sebanyak 70 persen masuk kategori mandiri dan sudah kuat.
Namun secara keseluruhan, baru 30-40 persen UMKM di Kota Yogyakarta yang masuk kategori mandiri dan kuat, kategori perajin yang membutuhkan pendampingan sekitar 30 persen, dan sisanya masuk kategori mikro menuju kecil.
ANTARA