TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin meminta PT Freeport Indonesia menggunakan komponen dan produk dalam negeri dalam membangun infrastruktur tambang dan operasional tambang. Alasannya, Freeport telah menjadi bagian dari industri nasional, sehingga perlu didukung industri-industri lainnya.
"Sejalan dengan komitmen investasi dan operasi Freeport di Indonesia, saya minta mereka menggunakan lebih banyak produk yang sudah bisa dihasilkan di dalam negeri, seperti baja dari Krakatau Steel, semen dari Semen Indonesia, batu bara dari PT Bukit Asam, dan lain-lain," kata Saleh dalam keterangan persnya, Ahad, 20 September 2015.
Baca Juga:
Menteri Saleh mengatakan itu saat mengunjungi kawasan tambang Freeport di Kabupaten Mimika, Papua, Sabtu kemarin. Kunjungan ke Freeport itu dilakukan bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said. Selain itu, sejumlah direksi BUMN sengaja diikutsertakan, antara lain Pindad, Dahana, Krakatau Steel, Pertamina, Semen Indonesia, dan PT Bukit Asam.
Menurut Saleh, dari segi kualitas, produk Indonesia telah mumpuni untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan BUMN, swasta, dan pemerintah. Faktor kedekatan lokasi juga menjadi keunggulan dibanding produk luar negeri.
Pada 2015, Freeport Indonesia berencana membelanjakan dana untuk proyek-proyeknya sebesar US$ 1,659 miliar atau sekitar Rp 22,41 triliun jika menggunakan perhitungan nilai tukar rupiah terhadap dolar Aemerika Serikat Rp 13.500. Rincian investasi, sebesar US$ 1,16 miliar untuk belanja lokal dan US$ 498 juta untuk belanja impor.
Pemerintah, kata Saleh, berharap investasi yang besar itu idealnya mengalir juga ke perusahaan penghasil komponen dan manufaktur domestik. "Ini sekaligus menggerakkan aktivitas bisnis dan lapangan kerja, apalagi pemerintah sedang memacu ekonomi melalui paket kebijakan deregulasi pada pertengahan September kemarin."
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil meminta BUMN mengkaji peluang kerja sama bisnis dengan Freeport. Misalnya membangun pabrik semen. "Selain berpotensi menguntungkan, juga menumbuhkan ekonomi Papua," kata Sofyan.
Sementara itu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said berharap kerja sama yang nantinya terjalin dapat saling menguatkan kedua belah pihak.
Direktur Utama Freeport Indonesia Maroef Sjamsuddin menyatakan komitmen Freeport dalam penggunaan produk dalam negeri. Per 10 Juli 2015, realisasi belanja lokal Freeport mencapai 36 persen atau sebesar US$ 422 Juta. "Kami membuka kesempatan pada BUMN dan perusahaan nasional untuk melakukan penjajakan, apa saja produk dan kerjasama yang dapat dijalin dalam format business to business," kata Maroef.
Peluang ini digunakan PT Bukit Asam Tbk yang telah memulai pembicaraan dengan Freeport untuk mencukupi kebutuhan energi ke perusahaan ini. "Peluang yang bisa dilakukan adalah memasok batu bara bagi pembangkit listrik Freeport dan kerja sama pembangunan pembangkit listrik. Semoga segera terealisir," kata Direktur Utama PT Bukit Asam Milawarma.
Penjualan batu bara ke perusahaan Freefort, kata Milawarman, bakal semakin menyeimbangkan pemasaran batu bara PTBA ke domestik dan ekspor. Sedangkan terkait pembangunan pembangkit, pihaknya optimistis mampu menjadi mitra proyek pembangkit Freeport baik di Timika maupun di lokasi pembangunan smelter di Gresik.
AMIRULLAH