TEMPO.CO, Jakarta - PT Wijaya Karya Komponen Beton (Wika Kobe), anak usaha PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), melakukan pengiriman perdana produk beton pracetak yang akan digunakan untuk proyek mass rapid transit (MRT) fase pertama. Nilai total kontrak yang telah diteken antara Wika Kobe dan PT MRT Jakarta sebesar Rp 190 miliar untuk 5.400 tunnel yang akan disuplai secara berkala hingga 2016.
Direktur Utama PT Wijaya Karya Komponen Beton Bambang Legowo mengatakan pihaknya memproduksi total 5.400 tunnel untuk tiga paket pengerjaan pada fase I MRT ruas Lebak Bulus-Bundaran HI. Dua paket pertama adalah paket 104 dan 105, membutuhkan 3.540 tunnel. Sedangkan paket kedua adalah paket 106, membutuhkan 1.860 tunnel.
“Proses produksi tunnel untuk dua paket pertama 104 dan 105 telah dimulai sejak akhir Maret karena jumlahnya lebih banyak. Kalau paket 106, akan dikerjakan mulai akhir September 2015. Dan ketiganya akan selesai pada akhir 2016,” ujarnya setelah melakukan simbolisasi pengiriman produk di Karawang, Selasa, 15 September 2015.
Adapun tunnel segment pracetak produksi Wika Kobe untuk proyek MRT ini memiliki diameter 6,05 meter dan panjang 1,5 meter guna memenuhi kebutuhan konstruksi bawah tanah.
Menurut Bambang, perusahaan patungan antara WTON dengan Komponindo Betonjaya yang dipimpinnya itu memiliki kapasitas produksi hingga 100.000 ton per tahun. Kontrak proyek MRT ini, ujar dia, telah menyerap 100 persen kapasitas produksi perusahaan hingga tahun depan.
Direktur Utama PT MRT Jakarta Dono Boestami menuturkan saat ini proses konstruksi fase I MRT ruas Lebak Bulus-Bundaran HI telah mencapai 30 persen. Pihaknya memastikan sudah tidak ada lagi masalah pembebasan lahan yang menghambat konstruksi. Proses pengeboran untuk underground fase I ini juga siap dilakukan pada bulan ini.
“Secara keseluruhan, hari ini proses konstruksi sudah sekitar 30 persen untuk fisik, baik untuk yang elevated maupun yang underground, dari Lebak Bulus sampai Bundaran HI. Fase I ini kita targetkan selesai 2018,” ucapnya.
Untuk fase I ini, pihaknya memfokuskan konstruksi ke dalam tiga titik utama, yakni kawasan Depo di Senayan, Blok M, dan Dukuh Atas. Rencananya, pembangunan stasiun Dukuh Atas ini akan diintegrasikan dengan berbagai moda transportasi lain, seperti Transjakarta, commuter line, kereta bandara, serta LRT tol dalam kota dan waterway.
Pihaknya juga tengah bersiap melakukan penandatanganan perjanjian pinjaman untuk fase kedua (Bundaran HI-Kampung Bandan). Rencananya, dana pinjaman senilai Rp 250 miliar akan digunakan untuk melakukan studi kelayakan fase II yang akan dilakukan selama setahun, sehingga konstruksi ditargetkan bisa dimulai menjelang 2017.
“Kalau untuk konstruksi sipil, kita melihat itu bukan dari keseluruhan, tapi dari pemegang saham. Kalau dari komposisi pemegang saham, perjanjian prasyarat pinjaman dari Jepang itu minimal 30 persen mereka,” ujarnya.
Seperti diketahui Wika Kobe adalah perusahaan patungan antara WTON dan Komponindo Betonjaya asal Jepang guna memenuhi persyaratan untuk menyuplai komponen konstruksi pada proyek MRT Jakarta. Dalam perusahaan itu, WTON memegang saham 51 persen, sementara 49 persen sisanya dimiliki Komponindo Betonjaya.
BISNIS.COM
Baca juga:
Alumnus UI Ini Jatuh dari Lantai 13, Gara-gara Cinta Segitiga?
Setelah Diserang Fadli Zon, PDIP Siapkan Pengganti