TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah telah menyiapkan sejumlah kebijakan untuk mengantisipasi kemungkinan penurunan harga minyak. Salah satunya dengan menambah cadangan minyak dan bahan bakar minyak nasional.
"Kami antisipasi dengan segera membangun storage dan Presiden sudah instruksikan untuk menambah storage," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral IGN Wiratmaja Puja kepada wartawan di Jakarta, Senin, 14 September 2015.
Harga minyak diprediksi bakal terus mengalami penurunan. Berdasarkan riset Goldman Sachs Group Inc, harga minyak diperkirakan bakal menyentuh level US$ 20 per barel.
Wiratmaja tak memungkiri terjadinya penurunan harga minyak. Indikasinya, harga minyak sempat melonjak ke level di atas US$ 50 per barel, tapi berangsur turun. Per hari ini, harga minyak mentah dunia berada di level US$ 48 per barel.
Dalam jangka pendek, menurut Wiratmaja, penambahan cadangan bisa dilakukan dengan memaksimalkan tangki penyimpanan yang saat ini tidak dipakai. "Yang idle punya BUMN dan KKKS sudah kami data, kira-kira kapasitasnya lebih dari satu juta barel yang bisa digunakan sebagai storage."
Selain memaksimalkan tangki-tangki yang tidak terpakai, pemerintah juga menginstruksikan pembangunan storage baru di dalam negeri. Arahan tersebut tak hanya diperuntukkan bagi Pertamina melainkan investor yang berminat membangun di Tanah Air.
Tawaran skemanya, kata Wiratmaja, Pertamina cukup membeli sejumlah minyak yang diambil. Sementara yang membangun dan memasok storage adalah investor swasta tersebut. "Sebenarnya banyak badan usaha yang siap begitu, tapi regulasinya sedang kami susun sebaiknya bagaimana," ujar Wiratmaja.
Wiratmaja menuturkan, pemerintah memprioritaskan pembangunan storage di dalam negeri. Sebab, Indonesia bisa memiliki infrastruktur dan menguasai teknologi.
Kendati demikian, pemerintah tak menutup peluang perluasan pembangunan dan akuisisi storage di tempat lain. Wiratmaja mengatakan, dalam aturan yang baru nanti Pertamina maupun badan usaha lain boleh mengakuisisi storage di luar negeri. "Jadinya langsung kita miliki,"
Wiratmaja mengatakan Pertamina sudah merencanakan ke arah tersebut. Meski tak menyebutkan detil negara yang bakal dituju, menurut dia Pertamina bakal mengakuisisi kepemilikan tangki penampungan minyak milik perusahaan lain di luar negeri.
Dengan cara tersebut, pemerintah memperkirakan storage untuk operasional bisa ditingkatkan menjadi 30 hari dari sebelumnya sekitar 20 hari. Tak hanya itu, peningkatan cadangan ini juga diupayakan untuk kebutuhan serep penyangga (buffer stock) selama 30 hari. "Kita butuh buffer storage sebanyak 45 juta barel artinya tambahan 30 hari itu," kata Wiratmaja.
Meski demikian, Wiratmaja belum bisa memastikan kapan kebijakan antisipasi tersebut direalisasikan. Menurut dia, hingga kini pemerintah terus menggodok aturan pembangunan storage. "Kami harapkan segera, bentuknya nanti peraturan presiden."
AYU PRIMA SANDI