TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Ahmad Baiquni mengatakan banknya takkan memberikan pembiayaan pada proyek smelter. Sebab, ujar Baiquni, pihaknya tak memiliki kompetensi yang cukup.
"Kami belum mampu membangun smelter," kata Baiquni di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, 10 September 2015.
Ketidakmampuan yang dimaksud, kata dia, adalah tak adanya karyawan BNI yang cukup punya kompetensi dalam teknis pembangunan smelter. Sedangkan dari urusan likuiditas, Baiquni mengklaim, tak ada kesulitan sama sekali.
Karena itu, mantan Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) tersebut lebih memilih bersabar mempersiapkan diri terhadap risiko yang ada sebelum benar-benar berani membiayai proyek smelter. "Memang, setahu kami bank lokal belum ada yang berani membiayai smelter," katanya.
Baiquni mengaku siap berpartisipasi jika ada bank lokal yang berani menginisiasi pembiayaan smelter ke depannya. "Tapi kami takkan menjadi leader projectnya," ujarnya.
BNI lebih memilih berfokus pada memperbanyak kredit yang biasa disalurkan seperti: kredit manufaktur, kepemilikan rumah, dan usaha kecil dan menengah. Bank ini juga akan fokus menanggulangi kredit macet, yang saat ini ada di posisi tiga persen per semester satu 2015. Keberadaan kredit macet itu mengikis laba BNI sebesar 50 persen dari Rp 4,9 triliun menjadi Rp 2,43 triliun.
ANDI RUSLI