TEMPO.CO, Jakarta - General Manager Runh Power Corp Mei Ping An mengungkapkan, telah menandatangani kesepakatan dengan BUMD Kabupaten Bogor, PT Prayoga Pertambangan dan Energi (PEE), untuk membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS).
Mei mengatakan, perusahaannya yang bergerak di bidang energi asal Cina itu akan menjadikan PLTS di Bogor sebagai teknologi terbarukan pertama di Kabupaten Bogor dan terbesar di Indonesia.
"Sekitar 2 ribu ton sampah per harinya yang bertumpuk di Kabupaten Bogor akan diolah menjadi tenaga listrik yang mampu menerangi sedikitnya 800 rumah per harinya," ujarnya, di sela penandatanganan MoU, di Pendopo Kabupaten Bogor, Kamis, 10 September 2015.
Dia berharap, ke depan tidak lagi ada sampah yang bertumpuk di Kabupaten Bogor. Pihaknya berharap kerja sama bisnis tersebut bisa mendukung mewujudkan cita-cita semua wilayah Pemerintah Kabupaten Bogor teraliri listrik pada 2018.
Dia mengatakan, jika sampah tidak ditangani dengan serius, bisa menjadi gunung sampah yang berbahaya bagi kesehatan. Saat ini pihaknya telah berhasil menyulap gunungan sampah menjadi energi listrik yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di Cina.
"Kami juga telah menjadi pemimpin inovasi terbarukan pembangkit listrik tenaga sampah," ujarnya.
Dalam kerja sama antara PT PPE dan Runh Power Corp tersebut diperkirakan akan menghabiskan investasi sekitar Rp 1,4 triliun. Kedua perusahaan itu berencana membangun PLTS dengan daya 40 megawatt.
Direktur PT PPE Radjab Tampubolon mengatakan, Pemerintah Kabupaten Bogor nantinya akan membeli sampah ke Depok dan Bogor Kota untuk bahan PLTS tersebut.
"Lokasi sementara PLTS berada di Galuga. Setelah penandatanganan MoU ini kami akan lakukan dulu analisa detail engineering design, analisa dampak lingkungan, dan lainnya," kata dia. Dia berharap pembangunan PLTS Kabupaten Bogor bisa dilakukan pada tahun depan.