TEMPO.CO, Jakarta - Perajin pisau di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, ikut terkena dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menyusul kenaikan harga sejumlah bahan baku.
Pada pagi ini, rupiah melemah di posisi 14.310 per dolar AS. Menurut salah seorang perajin pisau di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus, Sahri Baedlowi, Kamis, 10 September 2015, harga bahan baku yang naik itu adalah bahan baku besi stainless.
Awalnya, kata dia, harga bahan baku stainless sebesar Rp 15 ribu per kilogram, tapi kini naik menjadi Rp 25 ribu per kilogram. Bahan baku lainnya, yakni aluminium, dari harga jual sebelumnya Rp 30 ribu per kilogram menjadi Rp 35 ribu per kilogram.
Padahal, kata dia, itu merupakan bahan baku utama pisau, terutama baja stainless. Untuk aluminium, kata dia, masih bisa diganti dengan kayu. Namun saat ini harga bahan baku kayu yang dipakai sebagai gagang pisau juga naik.
Sebelum ada kenaikan, kata dia, harga per kodi sebesar Rp5.000 per kilogram, tapi kini menjadi Rp 5.500 per kilogram.
Meskipun harga bahan bakunya naik, hingga kini ia belum berani menaikkan harga jual produknya karena khawatir pembelinya beralih. Akibatnya, kata dia, keuntungannya juga semakin kecil karena biaya produksinya juga meningkat.
Beruntung, ujar Sahri, stok bahan baku yang dibeli dengan harga lama masih tersedia sehingga kenaikan ongkos produksinya tidak signifikan. Apabila kenaikan ongkos produksinya kian melonjak, tentunya harga jual produknya perlu dipertimbangkan untuk dinaikkan.
"Hanya, kami masih perlu melihat respons pembeli karena mencari pangsa pasar baru juga tidak mudah," ujarnya.
ANTARA
Baca juga:
Krisdayanti Pamer Foto Berdua Aurel, Ini Ceritanya
Saingi Susi, Buwas: Kapal dan Orangnya Kami Tenggelamkan