TEMPO.CO, Jakarta - PT. Pertamina dan PT. Wijaya Karya (WIKA) menandatangani nota kesepahaman untuk pengembangan bisnis aspal hibrid berkualitas tinggi. Kerja sama ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi aspal nasional hingga 75% dari total kebutuhan sekitar 1,2 juta ton.
Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengungkapkan pengembangan bisnis aspal di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara sangat strategis, terutama guna memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri yang selama ini masih mengandalkan aspal impor.
"Dengan kerja sama ini, Pertamina selaku produsen aspal terbesar di Indonesia dan Wijaya Karya sebagai pelaku bisnis konstruksi terkemuka dapat saling memperkuat bisnis masing-masing perusahaan dan sekaligus mendukung pengembangan infrastruktur nasional,” ujarnya, Rabu (9 September 2015).
Penandatanganan tersebut dilakukan antara dirinya dengan Direktur Utama WIKA Bintang Perbowo. Turut menyaksikan penandatanganan tersebut Menteri BUMN Rini M. Soemarno dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basoeki Hadimoeljono.
Rachmad mengemukakan dari kebutuhan aspal nasional sekitar 1,2 juta ton per tahun, Pertamina mampu memproduksi 25% atau sekitar 300.000 ton aspal yang diproduksi di Cilacap. Adapun selebihnya diperoleh dari impor aspal negeri lain seperti China dan Amerika Serikat, yang sangat dipengaruhi kurs dollar.
Dengan kerja sama yang terjalin, ujarnya, kapasitas produksi aspal Pertmina akan meningkat dua kali lipat menjadi 600.000 per tahun. Jumlah ini akan ditambah dengan potensi aspal alam dari WIKA sebanyak 300.000 ton per tahun, sehingga kapasitas produksi total mencapai 900.000 ton, atau setara dengan 75% kebutuhan aspal nasional.
Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono menyambut baik kerja sama ini. Pihaknya pun menjamin akan menyerap produksi aspal tersebut ke dalam proyek-proyek infrastruktur yang tengah dijalankan Pemerintah, sehingga pelaku usaha tak perlu khawatir dengan ketersediaan pasar.
“Ada 660 juta ton cadangan aspal di Buton yang bisa dikelola macam-macam. Saya kira dosa kalau kita tidak memanfaatkan aspal Buton ini. Kerja sama ini akan ada banyak sekali manfaatnya, saya dengan pak dirjen bina marga akan menjamin pasar untuk menyerap produksi aspal ini,” ujarnya ketika memberikan sambutan.
Basoeki menyatakan pemerintah berkomitmen untuk menggunakan aspal lokal ke dalam proyek infrastruktur. Selain harga yang lebih terjangkau, aspal nasional juga memiliki kualitas tinggi yang setara dengan aspal impor. Oleh karena itu, pihaknya mendorong Pertamina dan WIKA untuk segera menyelesaikan studi kelayakan dan memulai produksi aspal tersebut secepat mungkin.
“Kualitas aspal Buton ini high quality. Bahkan, sirkuit Formula One (F!) di Monaco akan dilapisi aspal Buton ini. Jadi jangan hanya FS , just do it now,” tambahnya.
Ketua Umum Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI) Zulkarnain Arief juga mengungkapkan pernyataan senada. Menurutnya, peningkatan kapasitas produksi aspal nasional akan berimbas baik pada peningkatan kualitas proyek infrastruktur di Indonesia.
“Deposit aspal di buton itu bisa sampai 150 tahun, kenapa kita tidak maksimalkan itu? Kalau itu ditingkatkan, saya kira Indonesia dengan keterbatasan APBN tetapi proyek infrastrukturnya bisa tersentuh aspal semua karena murah, termasuk jalan di pedesaan itu,” ujarnya.
Zulkarnain menilai dengan meningkatnya kapasitas produksi aspal nasional, maka kebutuhan terhadap aspal impor akan berkurang. Kondisi ini akan sangat menguntungkan baik bagi pemerintah dalam menghemat devisa negara, maupun bagi pelaku usaha yang selama ini mengalami kerugian ketika rupiah melemah.
Dia meyakini kualitas aspal Buton ini tidak akan kalah saing dengan aspal impor. Asalkan, proses produksi melibatkan tenaga ahli aspal dan rekayasa teknologi yang mumpuni, guna menentukan bahan campuran aspal kualitas terbaik.