TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo kembali menegaskan, pelemahan rupiah saat ini adalah keadaan yang tidak perlu dikhawatirkan. Secara umum, rupiah dalam keadaan baik. “Kita harapkan kejadian ini sifatnya hanya temporally, sementara,” katanya di Jakarta, Rabu, 9 September 2015.
Menurut Agus, pelemahan mata uang tak hanya terjadi pada rupiah saja, tapi juga mata uang negara lain. Selama Januari-Agustus 2015, rupiah telah terdepresiasi hingga 14 persen.
"Namun rupiah bukanlah yang terlemah dibanding mata uang lain. Contohnya, mata uang Brasil depresiasinya 44 persen dan Turki 25 persen,” ucap Agus.
Agus berujar, faktor eksternal menjadi penyebab utama depresiasi rupiah. Hal ini pengaruh nilai dolar yang semakin menguat dan rencana bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve atau The Fed) menaikkan tingkat suku bunga.
Yuan Cina yang sengaja dilemahkan turut menjadi penyebab terjadinya pergerakan volatilitas nilai rupiah.
Agus menuturkan BI selalu berupaya agar tidak terjadi volatilitas nilai rupiah yang terlampau tinggi. “Tahun 1997-1998, rupiah dari 2.500 bisa melemah sampai 15 ribu. Sekarang selalu jaga volatilitas di batas baik dan tidak mengkhawatirkan.”
GHOIDA RAHMAH