TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pengembangan bisnis aspal hybrid.
Saat penandatanganan, Pertamina diwakili Direktur Pengolahan Pertamina, Rachmad Hardadi, dan Wika diwakili Direktur Utama Bintang Perbowo.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini M. Soemarno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, serta jajaran direksi kedua perusahaan turut menyaksikan proses penandatanganan tersebut.
“Sinergi antara Pertamina dan Wika untuk pengembangan bisnis aspal sangat strategis, terutama bagi upaya pemenuhan kebutuhan aspal di dalam negeri,” ujar Rachmad Hardadi, Direktur Pengolahan Pertamina, di kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu 9 September 2015.
Menurut Rachmad, aspal hybrid dengan grade tinggi tengah mengalami pertumbuhan dan perkembangan di pasar aspal nasional seiring dengan laju pembangunan infrastruktur. Karena itu, Pertamina yang merupakan produsen aspal terbesar di Indonesia dan Wika selaku pelaku bisnis konstruksi pun berkomitmen untuk saling bekerja sama. Hal ini juga dalam rangka turut mendukung pengembangan infrastruktur di Indonesia.
Kebutuhan aspal nasional selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Total kebutuhan aspal mencapai 1,2 juta ton per tahun, sebanyak 300 ribu ton diproduksi oleh Pertamina di Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Sedangkan sisanya didapatkan dari hasil impor yang dilakukan oleh Pertamina ataupun badan usaha lain.
Kerja sama ini pun akan semakin meningkatkan kapasitas produksi aspal Pertamina menjadi 600 ribu ton per tahun, ditambah potensi aspal alam Wika sebanyak 300 ribu ton per tahun. Total akan didapatkan kapasitas produksi aspal grade tinggi sebesar 900 ribu ton atau setara dengan 75 persen kebutuhan aspal nasional.
Lebih lanjut, impor aspal dari luar negeri pun akan berkurang. Hal ini memberikan dampak baik bagi perekonomian Indonesia, karena devisa negara dapat dihemat.
Bintang Perbowo, Direktur Utama Wika, turut mengungkapkan rasa optimistisnya bahwa kerja sama strategis ini dapat terlaksana secara optimal. “Potensi tersebut akan dapat tergarap secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk proyek-proyek infrastruktur nasional yang ditangani oleh Wika,” katanya.
Rencananya, produksi aspal hybrid ini akan dilakukan di Cilacap. Pertamina dan Wika akan melakukan kajian bersama (feasibility study) untuk menindaklanjuti potensi kerja sama pengembangan bisnis aspal.
Kajian tersebut diantaranya adalah kajian aspek teknikal, seperti desain pabrik, kajian operasional produksi, hingga kajian komersil ekonomi serta aspek lain.
GHOIDA RAHMAH