TEMPO.CO, Bojonegoro - Dalam dua tiga tahun ke depan, Kabupaten Bojonegoro, akan menjadi salah satu daerah kaya di Provinsi Jawa Timur. Kekayaan itu diukur dari target Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Bojonegoro tahun 2016 yang dipatok sebesar Rp 3,58 triliun.
Menurut Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Bojonegoro, Kusnandaka Tjatur, melihat proyeksi APBD itu, masa depan Bojonegoro menjadi cukup cerah. Yaitu melonjaknya anggaran daerah yang terus meningkat, sehingga menjadi salah satu daerah di Jawa Timur berpenghasilan besar. ”Prospeknya cerah daerah ini,” ujarnya, Kamis 3 September 2015.
Paling tidak, lanjutnya, dengan anggaran sebesar itu, Bojonegoro akan mendekati daerah dengan APBD tinggi dari 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Seperti Kota Surabaya, Kabupaten Sidoardjo, Kabupaten Malang, Gresik dan sekitarnya.
Kusnandaka kemudian merunut, APBD Bojonegoro dalam lima tahun belakangan ini. Seperti APBD 2010 silam sebesar Rp 1 triliun dan setelah lima tahun ke depan, yaitu APBD 2015 sebesar Rp 2,9 triliun dan kemudian APBD 2016 ditarget naik menjadi Rp 3,58 triliun, atau mengalami lonjakan di atas 20 persen lebih.
Namun, dengan pendapatan daerah yang relatif besar, Kabupaten Bojonegoro perlu juga bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan tak hanya sektor migas tetapi juga non migas. Karena, sumbangan terbesar APBD diakui memang berasal dari dana bagi hasil. Untuk itu, juga harus difikirkan peningkatan dari non-migas. Seperti dari sektor pertanian dan juga ekonomi masyarakat bawah dan menengah. ”Agar nantinya, bisa semakin berimbang,” imbuhnya.
Sepekan sebelumnya pada rapat antara Pemerintah Bojonegoro dan DPRD setempat memutuskan bahwa target APBD 2016 sebesar Rp 3,58 tirilun. Dari jumlah itu pemasukan terbesar dari Dana Bagi Hasil Migas sebesar Rp 1,4 triliun. Target itu sesuai hasil Kebijakan Umum dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) tahun 2016.
Kepala Dinas Pendapatan Daerah Bojonegoro, Hery Sudjarwo mengatakan, target APBD 2016 sudah realistis. Dari anggaran tersebut, pemasukan terbesar berasal dari DBH migas sebesar Rp 1,4 triliun lebih. Kemudian dari Pendapatan asli Daerah sebesar Rp 280 miliar, cukai rokok sebesar Rp 39 miliar dan sisanya berasal dari belanja tidak langsung dan langsung.
SUJATMIKO