TEMPO.CO, Jakarta – Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional terbukti tidak berpengaruh terhadap kinerja industri asuransi jiwa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilannya membukukan catatan positif pada kuartal kedua tahun 2015. “Saya berterima kasih kepada masyarakat yang masih mempercayai kami,” kata Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim dalam konferensi pers “Kinerja Industri Asuransi Jiwa Indonesia Kuartal II Tahun 2015” di Rumah AAJI, Jakarta Pusat, Kamis, 3 September 2015.
Pada kuartal kedua ini, industri asuransi jiwa mencatatkan total pendapatan premi asuransi jiwa meningkat sebesar 26,6 persen menjadi Rp 67,82 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 53,58 triliun. Sebanyak 28,2 persen adalah premi baru dan 25,4 persen adalah premi lanjutan.
Keperkasaan industri asuransi jiwa juga tercermin dari hasil total aset dan investasi. Pertumbuhan aset mengalami peningkatan sebesar 23,2 persen menjadi Rp 368,52 triliun dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu Rp 299,22 triliun.
Peningkatan aset ini tidak lepas dari turut meningkatnya jumlah investasi sebesar 21 persen menjadi Rp 320,51 triliun dari sebelumnya Rp 264,97 triliun. Adapun total klaim dan manfaat yang dibayarkan juga mengalami peningkatan sebesar 31,6 persen menjadi Rp 43,16 triliun.
Hendrisman menyatakan rasa syukurnya dengan semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi jiwa. Peningkatan kepercayaan ini ditandai pula dengan meningkatnya total tertanggung sebesar 22,9 persen menjadi 57,02 juta orang, dengan 16,6 juta orang merupakan individu dan 40,42 juta orang sisanya merupakan kumpulan.
Optimisme juga ditunjukkan AAJI hingga akhir tahun 2015 bahwa pertumbuhan pendapatan premi ditargetkan akan terus dijaga agar tetap stabil, berkisar 20-30 persen. "AAJI akan terus berkomitmen untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki agar terus tumbuh dan memberikan perlindungan maksimal bagi masyarakat Indonesia," ujar Hendrisman.
GHOIDA RAHMAH