TEMPO.CO, Jakarta - Asia Development Bank menyediakan pagu pembiayaan untuk Indonesia sebesar US$ 2,2 miliar. Jumlah ini meningkat dibanding pagu tahun ini, US$ 1,4 miliar.
Namun pagu ini masih bisa disesuaikan dengan program pemerintah. Pembiayaan ini akan diberikan dalam tiga jenis pinjaman. Pertama adalah project lending, yang sifatnya pembiayaan per proyek. Kedua, program based lending, yakni didesain pemerintah Indonesia. ADB hanya bersifat membantu.
Salah satu contohnya, menurut Vice President ADB Bambang Susantono, adalah program pemerintah di bidang reformasi dan finansial yang mendukung perekonomian dan pembangunan Indonesia. “Atau yang pro-investasi, ADB akan bantu,” kata dia di kantornya, Kamis, 4 September 2015.
Terakhir adalah result based lending, yakni pinjaman yang sifatnya reimburse. “Jadi kami membiayai pembangunan infrastruktur yang sudah diselesaikan pemerintah,” katanya.
Dari pagu US$ 2,2 miliar, porsi pembiayaan terbesar adalah untuk sektor energi. Selain itu, sektor transportasi, pendidikan, dan kesehatan. “Kami lihat sektor infrastruktur yang sifatnya sosial, misalnya klinik kesehatan, sekolah, atau rumah sakit,” kata bekas Wakil Menteri Perhubungan itu.
Bambang mengatakan, khusus infrastruktur, pendekatan pembiayaannya akan meiputi dua skema. Skema pertama sifatnya berdasarkan proyek yang dikerjakan
pemerintah. “Kami akan kerja sama atau beri bantuan teknis pemerintah.”
Kedua adalah dengan skema kerja sama pemerintah-swasta. Untuk skema ini, ADB bekerja sama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) untuk mempersiapkan proyeknya. “Harapan kami, dua pendekatan ini bisa membantu pemerintah mengakselerasi dan mempercepat pembangunan infrastruktur,” ucapnya.
TRI ARTINING PUTRI