TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka deflasi selama periode Agustus 2015. Deflasi adalah suatu periode di mana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Berikut pemicu deflasi sepanjang Agustus 2015 atau yang harganya turun, yakni:
Bawang merah turun 15,92 persen, dengan andil ke deflasi 0,08 persen. "Karena pasokan ke pasarnya cukup," kata Kepala BPS Suryamin, di kantornya, Selasa, 1 September 2015. Penurunan terjadi di 77 kota, tertinggi di Banyuwangi dan Tanjung Pandan.
Baca: Habis Ribut, Dor! Tentara Itu Tewas, Polisi-TNI Tegang Lagi
Tarif angkutan udara juga menurun 4,7 persen karena harga kembali normal pasca-Lebaran. Andil ke deflasi 0,07 persen. Penurunan terjadi di 37 kota, tertinggi di Singkawang, Pontianak, dan Manado.
Tarif bus antarkota juga menurun untuk alasan serupa, sebesar 6,08 persen. Andil ke deflasi 0,05 persen. Penurunan tertinggi di Purwokerto, Cirebon, dan Jember.
Simak: Neelam Gill, Inikah Pacar Baru Zayn Malik?
Tomat sayur, turun 8,04 persen. Andil ke deflasi 0,02 persen karena pasokan banyak di awal musim panas. Penurunan di 52 kota, tertinggi Manado, Gorontalo.
Emas perhiasan turun 1,1 persen. Andil ke deflasi 0,01 persen. Penyebab deflasi karena mengikuti pergerakan harga dunia. Penurunan harga terjadi di 61 kota, tertinggi di Tanjung Pandan, Singkawang, Probolinggo, dan Semarang.
Sementara tarif kereta api turun 5,46 persen, dengan andil ke deflasi 0,01 persen karena harga normal setelah Lebaran. Penurunan terjadi di 19 kota, tertinggi di Cirebon dan Semarang.
Baca Juga: Ibu Ini Rampok 3 Bank dalam 30 Menit demi Biaya Pesta Anak
Deflasi tertinggi berada di Ambon, dengan angka 1,72 persen. Secara keseluruhan, inflasi Agustus ini merupakan yang terendah semenjak 2007. Angka inflasi year on year menjadi 7,18 persen. Suryamin mengatakan masih ada kemungkinan untuk mencapai target inflasi pada 2015 sebesar 4,5 persen.
URSULA FLORENE SONIA
Berita Menarik:
Bukan Ilusi, Naga Mini Hidup di Sekitar Kita
Ustaz Pondok Pesantren Dibunuh Tamu Misterius