TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meminta masyarakat tidak terprovokasi oleh rekomendasi lembaga keuangan asal Amerika, JP Morgan. Menurut dia, rekomendasi JP Morgan tersebut telah membuat kepanikan di masyarakat. "Jadi saya mau bilang, mohon tetap tenang,” kata Agus setelah bertemu dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat di gedung parlemen, Jakarta, Rabu, 26 Agustus 2015. Karena itu, Agus berujar, rancangan tersebut jangan menjadi dasar untuk mengeluarkan rekomendasi.
Agus menyayangkan kajian JP Morgan atas meningkatnya pinjaman Indonesia dengan mendasarkan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016. Sebab, menurut Agus, itu masih berupa rancangan. "Masih akan dibahas dan diputuskan pada Oktober," ucapnya.
Dalam RAPBN 2016, Agus menjelaskan, anggaran surat utang negara hanya bertambah Rp 50 triliun. Sedangkan defisit pembiayaan APBN sekitar 2,1 persen. Padahal, berdasarkan undang-undang, tutur dia, batasan defisit sebesar 3 persen. "Jadi itu bukan sesuatu hal yang relevan," kata Agus.
Padahal, ujar dia, kondisi perekonomian Indonesia sudah membaik. Demikian pula dengan pembahasan RAPBN 2016 yang juga masih tetap berjalan. Mantan Menteri Keuangan ini khawatir masyarakat nanti justru menjual SUN dengan harga murah tapi membelinya kembali dengan harga tinggi. "Jadi nanti kita harus hati-hati," ucap Agus.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku telah menindak tegas JP Morgan. Namun Bambang menolak menjelaskan sanksi yang dijatuhkan kepada lembaga keuangan tersebut. "Sudah kami tegur, sudah kami beri sanksi," tutur Bambang di kompleks Istana Kepresidenan.
Sebelumnya, JP Morgan merekomendasikan kepada para investor untuk melepas SUN Indonesia. Alasannya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang anjlok hingga menyentuh level terendah pada perdagangan Senin, 24 Agustus 2015. Bahkan mereka memprediksi kurs rupiah menembus 14.300 per dolar AS.
SINGGIH SOARES