TEMPO.CO, Jakarta – Belakangan, mata uang rupiah makin melemah hingga menyentuh di atas level 14 ribu. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengaku tak terlalu khawatir dengan kondisi nilai tukar rupiah saat ini.
"Saya nyaman. Saya hanya ingin supaya rakyat Indonesia dapat pesan bahwa kita tidak perlu sampai tidak tenang. Kita harus hadapi ini dengan waspada dan baik," kata Agus saat ditemui di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur, Jakarta Selatan, Rabu, 26 Agustus 2015.
Agus menilai kondisi mata uang rupiah ini hanya akan berlangsung sementara (temporary). Dia menjelaskan, saat pasar mengalami shock dan rest off, dana-dana langsung mengalir ke safe heaven country. Gejolak pasar ini berlangsung seminggu terakhir dan menyebabkan dana, baik dari pasar modal maupun pasar uang, mengalir dari negara berkembang ke negara safe heaven, di antaranya Amerika, Jepang, dan Eropa.
Mengalirnya dana dari negara berkembang ini membuat kejenuhan di safe heaven country. "Sekarang kita sudah dengar risalah rapat di FOMC (Federal Open Market Committee). Di situ sudah kelihatan keraguan bahwa Amerika Serikat kehilangan posisi kompetitif juga," ucapnya. Hal itu juga membuat Amerika Serikat mempertimbangkan akan menaikkan Fed Fund Rate atau tidak.
Devaluasi yuan, menurut Agus, juga membuat kondisi semakin berubah. Soalnya, Amerika selalu mengatakan negara-negara jangan melakukan competitive devaluation.
"Karena, kalau competitive devaluation, akhirnya tentu Amerika akan semakin terpojok. Yang lain makin kompetitif, dia menjadi kurang kompetitif," tuturnya.
Agus mengatakan salah satu tugas BI adalah menjaga stabilitas pasar uang, agar volatilitas berada di batas wajar. Salah satunya dengan menjaga cadangan devisa dan memastikan bank sentral selalu berada di pasar. Dia yakin ekonomi Indonesia akan menuju ke kondisi lebih baik.
ALI HIDAYAT