TEMPO.CO, Yogyakarta - Perajin tahu-tempe yang menggunakan bahan baku kedelai impor di Daerah Istimewa Yogyakarta belum menaikkan harga seiring dengan menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah. Mereka untuk sementara mengandalkan persediaan kedelai impor.
Sekretaris Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia Kabupaten Sleman Wihan Padmanto mengatakan 200, perajin tahu tempe yang berhimpun di koperasi ini memanfaatkan empat ton stok kedelai untuk sepekan. (Lihat Video Industri Kecil yang Terdampak Akibat Melemahnya Rupiah, Pengamat: Rupiah Akan Terus Melemah Hingga AKhir Tahun, Rupiah Terus Melemah Krisis Ekonomi 1998 Bisa Terulang)
Harga kedelai impor dari Amerika Serikat saat ini Rp 7.200 per kilogram. “Kami belum membeli kedelai setelah kurs dolar menguat,” kata Wihan, Selasa, 25 Agustus 2015.
Menurut dia, anggota koperasi segera bertemu untuk membahas fluktuasi nilai tukar dolar terhadap rupiah. Pertemuan itu akan merumuskan langkah perajin tahu-tempe menghadapi kemungkinan harga kedelai yang naik mengikuti kurs dolar.
Wihan mengatakan rata-rata perajin tahu-tempe di koperasi mampu memproduksi 20-30 kilogram kedelai per hari. Mereka menjual tempe dengan harga Rp 4.000 per bungkus di pasar.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian Perdagangan dan Usaha Kecil Menengah DIY Eko Witoyo mengatakan, belum ada kenaikan harga kedelai impor. Di pasaran harga kedelai impor rata-rata per kilogram Rp 6.850. Sedangkan, kedelai lokal per kilogram Rp 6.300.
Eko berharap harga kedelai impor tetap stabil sehingga tidak menimbulkan gejolak di tingkat perajin tahu-tempe. Harga eceran tertinggi pembelian kedelai yang ditetapkan oleh pemerintah saat ini sebesar Rp 7.600 per kilogram.
Eko mengatakan telah bertemu dengan koperasi tahu-tempe yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk membahas menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah. Bila dolar terus menguat, Eko khawatir perajin harus menanggung biaya produksi dalam jumlah besar.
Indonesia mengimpor 70 persen kedelai. “Kami akan koordinasi dengan pemerintah pusat bila harga kedelai impor tak terbendung,” kata Eko.
SHINTA MAHARANI