TEMPO.CO, Jakarta - Untuk mengantisipasi kekeringan akibat kemarau dan El Nino, Kementerian Pertanian (Kementan) mulai hari ini akan melakukan rekayasa hujan buatan di sejumlah wilayah di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tujuannya adalah untuk mengisi waduk, embung, dan sumur di daerah sentra pertanian padi di provinsi tersebut.
“Untuk menyelamatkan produksi pangan, pelaksanaan hujan buatan akan dimulai hari ini hingga 90 hari ke depan. Hari ini (hujan buatan) akan menyasar wilayah sepanjang Pulau Jawa dari titik Kota Bandung hingga Semarang,” kata Kepala UPT Hujan Buatan Badan Pengkajian dam Penerapan Teknologi (BPPT) Heru Widodo dalam konferensi pers di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa, 25 Agustus 2015.
Heru menjelaskan proyek hujan buatan digagas Kementan bekerja sama dengan BPPT, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Menurut Heru, pihaknya menargetkan seluruh Pulau Jawa bisa menurunkan hujan buatan untuk meminimalkan dampak kekeringan panjang akibat El Nino. Target tersebut akan selesai hingga 90 hari ke depan karena puncak El Nino diperkirakan akan terjadi pada bulan September.
Ia mengatakan pelaksanaan hujan buatan pada Agustus di Pulau Jawa akan menjadi hal yang tidak mudah karena potensi pertumbuhan awan yang sangat sedikit akibat kombinasi musim kemarau dan El Nino. Untuk mengoptimalkan potensi hujan buatan, tim akan langsung menerbangkan pesawat penyemai awan segera setelah radar mendeteksi awan potensial.
Untuk menciptakan hujan buatan, tim mengerahkan satu pesawat angkut CN-295 milik TNI AU yang akan membawa 2,8 ton garam yang disebar di ketinggian di atas 10.000 meter.
Akibat El Nino, musim hujan di wilayah selatan dan timur Indonesia seperti NTT, Jawa, NTB, Lampung, Bali, dan Sulawesi Selatan mengalami kemunduran. Kondisi ini membuat wilayah-wilayah tersebut mengalami defisit air hingga 20 miliar meter kubik. "El Nino saat ini moderat menuju kuat dan diprediksi akan berlangsung hingga awal tahun 2016. El Nino 2015 ini diperkirakan lebih kuat dibanding fenomena tahun 1997," kata Heru.
Jumlah sawah yang mengalami kekeringan makin meluas akibat musim kemarau dan El Nino. Hingga saat ini Kementan mencatat dari 200.000 hektar sawah yang terpapar kekeringan, sudah 30.000 hektar sawah mengalami gagal panen atau meningkat 70 persen dari posisi pada pertengahan Agustus.
RADITYA PRADIPTA