TEMPO.CO, Jakarta - Reza Priyambada, Kepada Riset NHK Korindo Securities Indonesia, mengatakan aksi jual portofolio berdenominasi rupiah marak terjadi di bursa saham kemarin. Harapan akan meredanya aksi jual pun tidak terjadi.
“Kepanikan melanda pasar, yakni aksi jual semakin menjadi-jadi,” ucap Reza dalam analisis hariannya yang diterima Tempo, Selasa, 25 Agustus 2015.
Menurut Reza, berbagai berita positif terkait dengan kebijakan makro ekonomi yang disusun pemerintah dan berita terbaru tentang emiten yang bernilai positif ternyata tidak terlalu diperhatikan dalam kondisi saat ini. Mindset pelaku pasar yang lebih cenderung untuk jualan, bersih-bersih portofolio, cash is the king, kuras barang, dan lain-lain mengalahkan rasionalitas akan kondisi pasar.
Bahkan, ujar dia, fundamental ekonomi dan kinerja positif emiten pun tidak terlalu diperhatikan. Akhirnya, kepanikanlah yang melanda. “Siapa cepat, dia dapat. Siapa cepat jualan, dia tidak terkena penurunan lebih dalam,” tutur Reza. ( Lihat Video Industri Kecil yang Terdampak Akibat Melemahnya Rupiah, Pengamat: Rupiah Akan Terus Melemah Hingga AKhir Tahun, Rupiah Terus Melemah Krisis Ekonomi 1998 Bisa Terulang )
Padahal, kata Reza, jualan portofolio saat ini pun berisiko mengalami kerugian. Menurut Reza, lebih baik dalam posisi unrealized loss atau potential loss di atas kertas dibanding realized loss.
Kondisi dari bursa saham Asia yang kian anjlok setelah merespons pelemahan bursa saham global sebelumnya, laju rupiah yang mendekati level psikologis Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat, dan belum adanya sentimen positif sebagai pemicu pelaku pasar untuk masuk kembali membuat laju indeks harga saham gabungan kian terpuruk dalam zona merah.
Koreksi tajam melanda semua bursa saham regional lantaran sebagian investor semakin khawatir oleh kondisi perekonomian Cina. Rilis perkiraan awal data manufaktur Cina (Caixin Flash Manufacturing PMI) pada Agustus yang terus melambat ke level 47,1 pada pekan lalu membuat investor pesimistis perekonomian Negeri Tirai Bambu bisa membaik.
Merespons hal itu, indeks Dow Jones ditutup anjlok 3,12 persen. Kejatuhan kemudian menular ke bursa regional. Indeks Shanghai, yang akhir pekan lalu sudah jatuh 4,27 persen, terperosok lebih dalam sebanyak 8,49 persen ke level 3.209,91. Koreksi demikian juga menimpa indeks Nikkei 225, yang ambruk 4,61 persen menjadi 18.540,68.
Tak jauh berbeda, indeks IHSG ikut turun tajam sebesar 172,22 poin (3,97 persen) ke level 4.163,73. IHSG, yang sejak awal perdagangan sudah dibuka di teritori negatif, bahkan sempat menyentuh posisi terendah pada level 4.111,11.
AGUSSUP