TEMPO.CO , Jakarta: Melemahnya sejumlah pasar modal di Asia ikut berdampak terhadap Bursa Efek Indonesia. Pada penutupan perdagangan Senin, 24 Agustus 2015, Indeks Harga Saham Gabungan melemah 3,97 persen atau 172,224 poin dan berada di level 4.163,729.
Analis Lucky Bayu Purnomo menilai kekhawatiran kenaikan suku bunga The Fed Amerika Serikat masih menjadi sentimen negatif bagi pasar modal di Asia.
"Selain itu, kinerja ekonomi di Asia dianggap tidak menarik," kata analis dari LBP Enterprises itu. Ditambah lagi, dengan makin terpuruknya harga minyak dunia.
Walhasil, investor melakukan aksi jual yang cukup masif kemarin pagi. Lucky memprediksi ada sekitar Rp 3 triliun modal yang keluar dari bursa saham Indonesia.
Besarnya capital outflow itu, menurut Lucky, dilihat dari obligasi yang disiapkan oleh pemerintah. "Sejak Januari hingga Juli diprediksi ada Rp 5 triliun modal yang keluar," ucapnya.
Ia memprediksi pasar modal domestik akan terus diuji. Saat ini posisi IHSG belum menyentuh dasarnya. Lucky memprediksi pergerakan IHSG akan diuji di level terdekat 4.000. Sedangkan rupiah bakal diuji di kisaran 14.100 per dolar Amerika Serikat.
Upaya Otoritas Jasa Keuangan yang membuka keran pembelian saham kembali (buy back) dipandang Lucky kurang tepat. Namun, jika ada emiten yang memilih buy back, ia memperkirakan perusahaan sektor infrastruktur yang akan melakukannya. Alasannya, karena pemerintah sedang mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengerjakan proyek infrastruktur.
ADITYA BUDIMAN