TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute For Development of Economics and Finance, Nawir Messi, mengatakan belanja negara bisa mendongkrak pertumbuhan negara. Namun belanja negara tak bisa dijadikan satu-satunya senjata sumber pertumbuhan.
"Belanja negara terserap 100 persen pun paling hanya menyumbang 7-9 persen dari total pertumbuhan," ujar Nawir di kantor Indef, Senin, 24 Agustus 2015.
Seperti diketahui, APBNP 2015 berjumlah Rp 1.900 triliun lebih. Namun tak semua digelontorkan untuk pembangunan.
Menurut Nawir, dua faktor utama pertumbuhan, seperti konsumsi dan investasi, perlu pembenahan serius. Jika tidak, pengangguran akan terus meningkat. Begitu pula dengan kemiskinan.
Nawir mengatakan perlu adanya peningkatan kepercayaan bisnis dari swasta. Sebab, tak mungkin pemerintah mampu membangun sektor riil secara keseluruhan dengan terbatas pada anggaran. "Iklim investasi yang stabil akan menarik banyak investor," katanya.
Nawir menambahkan, stabilisasi harus diupayakan sekuat-kuatnya dan konsisten. Dengan konsistensi, harga pangan dan jasa di pasaran tak akan mengalami banyak fluktuasi dan juga memelihara konsumsi masyarakat yang berpengaruh besar terhadap andil pertumbuhan.
Selain itu, pemerintah diimbau untuk tidak mencari kambing hitam perlambatan pertumbuhan dengan menyalahkan faktor eksternal saja. "Faktor eksternal memang berpengaruh, efek samping terhadap ekonomi internal perlu dibenahi dengan koordinasi fiskal dan moneter, seperti Cina," tuturnya.
Hingga kini, belanja negara sudah mencapai 41 persen. Kementerian Keuangan berupaya membelanjakan anggaran negara tersebut hingga 100 persen pada akhir tahun.
ANDI RUSLI