TEMPO.CO, Jakarta - Menanggapi lonjakan harga daging dan ayam beberapa waktu lalu, sejumlah pengusaha rumah makan melakukan beberapa cara untuk mengatasinya.
Ali, 52 tahun, salah satu kasir Rumah Makan Padang Slipi Raya, mengatakan, untuk menyiasati harga daging yang melambung tinggi, dia memperkecil ukuran daging dalam satu porsi.
"Kalau harga dinaikkan, nanti gak ada yang beli. Jadi saya kurangi ukuran dagingnya," kata Ali saat ditemui Tempo, Jumat, 21 Agustus 2015, di Rumah Makan Slipi Raya, Slipi.
Ali mengatakan, per harinya, ia bisa memesan sepuluh kilogram daging sapi dan 50 ekor ayam. Harga daging yang ia beli dari penyuplai, saat ini mencapai Rp 130 ribu per kilogram. Sedangkan untuk ayam, per ekornya dihargai Rp 20.500 per ekor.
Ali menambahkan, aksi mogok yang dilakukan beberapa pedagang daging pekan lalu, tidak membuat stok daging yang ia pesan menjadi terhambat. Entah bagaimana caranya, kata dia, penyuplai masih bisa mengirim stok daging yang ia butuhkan.
Baca Juga:
Berbeda dengan Ali, Triswanto, manajer Rumah Makan Padang Sarimande, 37 tahun, menjelaskan, ia menyiasati lonjakan harga daging dengan menambahkan lebih banyak sayuran dalam satu porsi makanan.
"Kalau harga naik, konsumen lari. Kalau porsi dikurangin, kasihan mereka yang rugi," kata Triswanto saat ditemui di rumah makannya di Tangerang, Jumat, 21 Agustus 2015.
Triswanto menambahkan, selain menambahkan porsi sayuran, pihaknya juga merekomendasikan pelanggan untuk memesan ayam. "Sebab, meski sempat ada lonjakan harga ayam, namun pengaruhnya tidak sebesar daging."
Sedangkan untuk stok daging dan ayam, Triswanto mengatakan, membeli daging seharga Rp 98 ribu per kilogram, dan ayam seharga Rp 20 ribu. Ia pun mengaku kelangkaan daging tak sampai mempengaruhi stok di rumah makannya.
"Sejauh ini, mau ada gejolak seperti apa, supplier tetap bisa sediakan kebutuhan kami," jelasnya.
Triswanto berharap, pemerintah memberikan sanksi tegas kepada para penimbun yang menyebabkan harga daging melonjak.
DIAH HARNI SAPUTRI